Rabu 31 Aug 2022 01:56 WIB

Waspadai Siasat Setan

Untuk menjalankan seruannya, setan memiliki beberapa siasat atau strategi.

Tipu daya setan (Ilustrasi)
Foto: pxhere
Tipu daya setan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Kosim

Dalam Alquran, tidak kurang dari 88 kali setan disebut. Setan berasal dari kata "syathana" yang artinya jauh. Jauh dari rahmat Allah dan jauh dari berbagai kebaikan. Setan adalah setiap makhluk yang melanggar hukum Allah dan melampaui batas ketentuan Allah SWT. Setan bisa berasal dari bangsa jin, bisa pula dari kalangan manusia (QS al-An'am [6]: 112 dan an-Nas [114]: 6).

Baca Juga

Setan senantiasa menyeru manusia untuk melakukan perbuatan jahat dan keji (QS al-Baqarah [2]: 169). Ia juga menghasut manusia agar saling membenci dan memusuhi, seperti melalui judi dan khamar (QS al-Maidah [5]: 91). Setan juga menakut-nakuti manusia akan kemiskinan (QS Al-Baqarah [2]: 286) sehingga manusia cenderung mengumpulkan harta dengan rakus, kikir, dan menghalalkan segala cara. Padahal, semua rayuan dan godaannya hanyalah tipuan belaka dan angan-angan kosong (QS an-Nisa' [4]: 120).

Untuk menjalankan seruannya, setan memiliki beberapa siasat atau strategi. Pertama, menghiasi keburukan dengan keindahan (QS an-Nahl: 63 dan an-Naml: 24). Suatu perbuatan yang buruk dalam pandangan agama, dipandang indah oleh manusia yang terbujuk rayu setan. Misalnya, perempuan yang memperlihatkan aurat, bergoyang dan bernyanyi dengan lirik mengundang syahwat dan berahi, justru dinilai oleh pria dan wanita itu sendiri sebagai seni yang mahal harganya.

Kedua, menjadikan manusia lupa kepada Allah. "Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah." (Al-Mujadalah 19). Ketika manusia lupa kepada Allah, maka perbuatan maksiat mudah dilakukan. Sebaliknya, orang yang senantiasa ingat kepada Allah, tidak ada celah baginya bermaksiat.

Ketiga, mengajak manusia mengubah agama. Firman-Nya, "Dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya)." (QS an-Nisa'[4]: 119). Kata "ciptaan Allah" pada ayat di atas bermakna "agama Allah". Jadi, setan memperdaya manusia untuk mengubah agama Allah ini.

Mereka frustrasi melihat kondisi umat Islam yang suka berpecah belah, dianggap tokoh agama tetapi masih berani korupsi, diangkat sebagai pemimpin namun menzalimi, kemiskinan dan kebodohan kerap kali diderita umat. Setan pun menggoda manusia untuk menganggap Islam tak relevan lagi dengan zaman, maka perlu diperbarui. Agama pun mereka ubah, seakan agama hanya produk budaya. Mereka sesat lagi menyesatkan.

Keempat, melalui minuman keras (khamar) dan perjudian (QS al-Ma'idah [5]: 91), setan menyesatkan manusia sehingga merusak persaudaraan antarmanusia. Padahal, secara akal, khamar merusak pikiran dan memelihara kebodohan, sedangkan judi mengakibatkan kemiskinan. Namun, daya rasionalitasnya tak berfungsi akibat bujuk rayu setan.

Meskipun setan melakukan berbagai siasat dan strategi untuk menyesatkan manusia, namun Allah menegaskan, "Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah." (QS an-Nisa' [4]: 76). Maka siasat setan mesti dilawan.

Di antara strategi melawan setan adalah memperkuat iman, bertawakal (QS an-Nahl [16]: 99) dan memperbanyak zikir kepada Allah (QS al-A'raf [7]: 201). Di samping itu, Allah menegaskan bahwa setan datang dari arah kanan, kiri, muka, dan belakang untuk menyesatkan manusia (QS al-A'raf [7]: 17). Akan tetapi, setan tidak datang dari atas dan bawah.

Sebagian mufasir berpendapat bahwa dari arah atas, setan tidak bisa menghampiri manusia selama manusia itu senantiasa mengingat Allah dan bertawakal kepada-Nya. Sementara arah bawah, setan juga tak sanggup menaklukkan bani Adam ketika manusia senantiasa ingat pada kematian (karena manusia berasal dari dan kembali ke tanah) lalu memperbanyak sujud. Maka perbanyaklah ibadah, seperti shalat, sedekah dan lain-lain sehingga setan akan menjauh dari manusia.

Selanjutnya, perbanyak doa: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." (QS al-Mukminun: 97-98). 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement