REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Mantan Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, diperkirakan mengakhiri pelariannya di Thailand. Seorang pejabat tinggi pertahanan mengatakan, Rajapaksa akan kembali ke Sri Lanka pada Sabtu (3/9/2022).
Rajapaksa melarikan diri dari Sri Lanka pada Juli setelah massa menyerbu kediaman resminya. Penyerbuan ini merupakan puncak dari aksi protes publik selama berbulan-bulan akibat krisis ekonomi. Rajapaksa menyampaikan pengunduran dirinya dari Singapura sebelum terbang ke Bangkok. Rajapaksa telah mengajukan petisi kepada presiden terpilih Sri Lanka untuk memfasilitasi kepulangannya.
"Dia telah tinggal di sebuah hotel di Thailand sebagai tahanan virtual dan ingin kembali. Kami menerima informasi bahwa dia akan kembali lebih awal yaitu pada hari Sabtu," kata pejabat pertahanan, yang meminta tidak disebutkan namanya, dilansir Alarabiya, Jumat (2/9/2022).
“Kami baru saja membentuk divisi keamanan baru untuk melindunginya (Rajapaks) setelah dia kembali pada hari Sabtu. Unit ini terdiri dari unsur-unsur dari komando tentara dan polisi," kata pejabat itu menambahkan.
Konstitusi Sri Lanka menjamin pengawal, kendaraan, dan perumahan bagi mantan presiden. Rajapaksa melakukan perjalanan ke Thailand setelah Singapura menolak untuk memperpanjang visanya. Otoritas keamanan di Bangkok mengatakan kepada Rajapaksa agar tidak keluar dari kamar hotel demi keselamatannya sendiri.
Rajapaksa memiliki visa untuk tinggal di Thailand selama 90 hari. Tetapi dia bersama istrinya, seorang pengawal dan pembantu lainnya memilih untuk pulang ke Sri Lanka. Sementara itu, adik bungsu Gotabaya Rajapaksa, Basil Rajapaksa yang merupakan mantan menteri keuangan, bertemu dengan Presiden Ranil Wickremesinghe dan meminta untuk mengatur kepulangan mantan presiden.
Sri Lanka telah mengalami kekurangan cadangan devisa sehingga tidak dapat mengimpor produk-produk penting seperti makanan, bahan bakar dan obat-obatan. Pandemi virus morona merupakan pukulan telak bagi industri pariwisata Sri Lanka dan mengurangi pengiriman uang dari warga Sri Lanka yang bekerja di luar negeri. Keduanya merupakan penghasil devisa utama bagi negara.
Gotabaya Rajapaksa, yang terpilih pada 2019 menjanjikan kemakmuran kepada penduduk Sri Lanka. Namun popularitasnya menukik tajam ketika negara itu mengalami krisis. Pemerintahan Rajapaksa dituduh memperkenalkan pemotongan pajak yang tidak berkelanjutan sehingga mendorong utang pemerintah dan memperburuk krisis.
Wickremesinghe dipilih oleh parlemen untuk meneruskam sisa masa jabatan Rajapaksa. Sejak itu, dia menindak protes jalanan dan menangkap aktivis terkemuka.