REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina disambut di India pada Selasa (6/9/2022). Dia melakukan kunjungan empat hari yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan bilateral antara kedua negara.
Hasina berjabat tangan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di Istana Kepresidenan Rashtrapati Bhavan. Para pejabat mengatakan, kedua pemimpin diharapkan untuk membahas kesepakatan tentang konektivitas, energi, ketahanan pangan, dan perdagangan.
Menurut Hasina, kedua negara menikmati hubungan persahabatan yang berfokus pada pengentasan kemiskinan dan kemajuan ekonomi. “Kita bisa bekerja sama agar tidak hanya masyarakat (di) India, Bangladesh, dan juga masyarakat Asia Selatan, mereka bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Itu yang menjadi fokus utama kami,” ujarnya.
Kunjungannya Hasina dipandang penting secara politik di Bangladesh karena menjelang pemilihan umum tahun depan. Sosok yang telah mempertahankan hubungan hangat dengan India sejak menjadi perdana menteri pada 2009, akan mendorong untuk meningkatkan investasi dan perdagangan serta membuat kemajuan dalam isu-isu lama seperti pembagian air sungai umum.
Selama akhir pekan, Menteri Luar Negeri Bangladesh Dr AK Abdul Momen mengatakan, kedua negara kemungkinan akan menandatangani tujuh perjanjian yang mencakup sains dan teknologi, pengelolaan air, serta informasi dan penyiaran. “Kami berharap kunjungan ini akan sangat sukses. Ini akan membantu mencapai tujuan kami,” kata Momen seperti dikutip surat kabar The Daily Star.
Hubungan antara negara tetangga sangat penting, dengan India menjadi mitra dagang terbesar Bangladesh di Asia Selatan. Sementara Cina terlibat dalam hampir semua skema pembangunan infrastruktur utama di Bangladesh, India juga lebih bersemangat untuk mengambil proyek bersama.
Sementara itu, Bangladesh mengalami ketidakseimbangan perdagangan yang signifikan dengan India, masalah yang mungkin dibahas selama kunjungan Hasina. Pada tahun fiskal 2021-2022, Bangladesh mengimpor barang senilai sekitar 14 miliar dolar AS dari India sementara ekspor ke negara tetangganya turun menjadi 1,8 miliar dolar.
Pihak berwenang dan badan perdagangan sering menyalahkan hambatan tarif dan non-tarif. Ditambah lagi hambatan anti-dumping yang diberlakukan oleh India atas rendahnya ekspor.
Prioritas lain bagi Hasina mungkin adalah membuat kemajuan dalam kesepakatan pembagian air Sungai Teesta. Sungai ini menjadi lintas batas utama yang dimulai di negara bagian Sikkim di India dan mengalir melalui utara negara bagian Benggala Barat sebelum mengalir ke Bangladesh.
Selama beberapa dekade, tidak ada gerakan dalam masalah ini sampai 2011 ketika India setuju untuk berbagi perairan selama musim paceklik antara Desember dan Maret. Namun kesepakatan itu tidak pernah berjalan karena tentangan kuat dari kepala menteri negara bagian Benggala Barat, Mamata Banerjee. Ketika Modi mengunjungi Bangladesh tahun lalu, dia menegaskan kembali komitmen India untuk menyelesaikan perjanjian ini tetapi kebuntuan terus berlanjut.
Hasina terakhir mengunjungi India pada 2019. Ketika dia dan Modi sepakat tentang perlunya meningkatkan upaya untuk memfasilitasi pengembalian yang aman bagi ratusan ribu pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar dan sejak itu mengungsi di Bangladesh.