REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Muhammad Darwin menyatakan proyek pembangunan jaringan kabel bawal laut yang menghubungkan Lingga dan Batam ditargetkan rampung awal tahun 2023.
"Kami sudah berdiskusi dengan PLN terkait percepatan pembangunan jaringan kabel bawah laut untuk ruas Pulau Lingga-Pulau Seraya-Pulau Singkep, Kabupaten Lingga dan ruas Pulau Batam-Pulau Buluh, Kota Batam," kata Darwin di Tanjungpinang, Kamis (8/9/2022).
Darwin menyatakan ketika proyek itu selesai dibangun, maka beberapa permasalahan kelistrikan di pulau-pulau lain di Kepri dapat diselesaikan. Menurutnya tenaga-tenaga operator genset, alokasi bahan bakar dan sebagainya yang sebelumnya diperuntukkan di Pulau Buluh Batam, Daik, dan Dabo di Lingga, bisa dialihkan untuk meningkatkan kelistrikan di kawasan pulau-pulau yang belum maksimal.
"Seperti nantinya Pulau Pangkil menjadi terang 24 jam, Tanjung Pelanduk menjadi 14 jam. Artinya, menyelesaikan proyek yang satu tadi bisa menyelesaikan beberapa masalah yang lain terkait kelistrikan," ungkap Darwin.
Darwin menyebut bahwa sebenarnya prasarana di pulau-pulau yang menjadi konsentrasi untuk ditingkatkan jam penyalaan listriknya itu sudah siap, tapi masih kekurangan tenaga alih daya atau tenaga operator.
Ia menyatakan dengan rasio desa berlistrik di Kepri yang sudah mencapai 100 persen, sekarang fokus Pemprov Kepri adalah mengalirkan listrik di pulau-pulau berpenghuni yang belum berlistrik. Masih ada lebih kurang 100 pulau yang perlu dialiri listrik di seluruh Kepri sesuai program Gubernur Kepri Ansar Ahmad "Kepri Terang".
"Tahun ini kita bisa menyelesaikan kelistrikan di 7 pulau dengan program kelistrikan dari APBD, karena memang kondisinya butuh biaya besar untuk menangani ini. Kita kerja sama juga dengan PLN, mana yang bisa ditangani PLN akan ditangani mereka," ungkapnya.
Lanjut Darwin memaparkan juga masih ada dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan yang diperuntukkan untuk penyambungan listrik ke rumah-rumah masyarakat tidak mampu dan di wilayah terluar, tertinggal, terdepan (3T).
"Dana-dana CSR dari perusahaan migas, tambang, dan perusahaan ketenagalistrikan dikumpulkan dan disalurkan kepada masyarakat-masyarakat yang sudah ada jaringan listriknya tapi belum mampu untuk menyambung listrik ke rumahnya," tutur Darwin.