REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Lampu Menara Eiffel akan dimatikan satu jam lebih awal setiap malam. Langkah ini untuk memberikan contoh penghematan daya dalam menanggapi krisis energi.
Dilansir Anadolu Agency, Wali Kota Paris, Anne Hidalgo, mempresentasikan rencana "ketenangan energi" pada Selasa (13/9/2022) waktu setempat untuk mengurangi konsumsi energi. Di antara langkah-langkah untuk mengurangi penggunaan energi adalah mematikan lampu Menara Eiffel.
Menara Eiffel diterangi dengan lampu emas yang berkilauan selama lima menit setiap jam. Lampu menyala setiap malam setelah matahari terbenam dan berlangsung hingga pukul 01.00 waktu setempat. Balai kota Paris telah mengusulkan untuk mematikan lampu sepenuhnya pada pukul 23.45, pada saat pengunjung terakhir meninggalkan menara.
Dibutuhkan 20 ribu bola lampu masing-masing dengan daya 6 watt untuk menerangi monumen paling ikonik di negara itu. Penerangan Menara Eiffel pada malam hari menghabiskan 6,7 gigawatt jam listrik setiap tahun.
Pemerintah Prancis telah mengimbau individu, rumah tangga dan bisnis untuk menghemat energi karena negara menghadapi kekurangan listrik, gas dan bahan bakar yang disebabkan oleh perang Rusia di Ukraina. Beberapa kota besar dan kecil di Prancis mengatasi masalah ini dengan mematikan lampu di gedung-gedung publik dan jalan-jalan saat tidak digunakan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan pengurangan penggunaan energi sebesar 10 persen dalam beberapa minggu atau beberapa bulan mendatang. Penghematan ini bertujuan untuk menghindari risiko penjatahan dan pemotongan energi selama musim dingin di tengah konflik Rusia-Ukraina.
Macron pada Senin (5/9/2022) memperingatkan, penghematan energi secara paksa mungkin harus dipertimbangkan dalam beberapa bulan mendatang jika upaya sukarela tidak cukup. Macron mengatakan, rencana penjatahan energi sedang disiapkan jika dibutuhkan, dan pemotongan akan diambil sebagai upaya terakhir.
“Energi terbaik adalah yang tidak kita konsumsi,” kata Macron
Macron mendesak bisnis dan rumah tangga Prancis untuk menghemat energi, termasuk dengan mematikan pemanas dan pendingin udara. Prancis termasuk salah satu di antara banyak negara Eropa yang memperketat ikat pinggang karena biaya energi melonjak. Pipa utama Rusia yang membawa gas alam ke Jerman telah ditutup. Presiden Komisi Eropa mengatakan, pasar listrik Uni Eropa “tidak lagi beroperasi” di tengah efek lanjutan dari perang Ukraina.
Banyak rumah tangga di Prancis sudah mengekang penggunaan gas dan listrik karena kenaikan harga. Tetapi tidak semua orang akan mengikuti seruan Macron. Perdana menteri Prancis sebelumnya mengatakan, pemerintah akan memadamkan listrik secara bergilir selama dua jam pada musim dingin jika tidak ada solusi untuk menghemat energi.
Macron mengatakan, Prancis akan meningkatkan pasokan gas ke Jerman dari Puntuk memenuhi penurunan pasokan gas Rusia dari timur. Sebagai gantinya, Jerman akan terus memasok listrik ke Prancis untuk mengkompensasi kekurangan yang disebabkan oleh pemeliharaan yang sedang berlangsung di reaktor nuklir Prancis
Macron mengatakan, Prancis dan Jerman mendukung gagasan untuk mewajibkan perusahaan energi yang menghasilkan keuntungan besar dari lonjakan harga gas dan minyak untuk memberikan "kontribusi" kepada kas publik. Aktivis Prancis dan politisi oposisi telah menyerukan kenaikan pajak terhadap perusahaan minyak dan gas yang menghasilkan "keuntungan super" di tengah krisis energi Eropa.
Macron menghindari penggunaan kata pajak agar tidak terjadi kontroversi. Dia menyebutnya sebagai mekanisme kontribusi Eropa dari perusahaan energi yang biaya produksinya jauh lebih rendah daripada harga jual pasar. Macron juga mendukung pembatasan harga gas Rusia, yang didorong oleh para pemimpin Uni Eropa.