REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak Kurniawan Satria Denta mengungkap 42,6 persen balita di Tanah Air sudah terpapar minuman berpemanis dalam kemasan. Padahal, semakin dini seseorang terpapar minuman berpemanis maka semakin tinggi mengalami risiko berbagai penyakit, termasuk diabetes mellitus.
"Sebanyak 42,6 persen balita di Indonesia sudah terpapar minuman berpemanis dalam kemasan. Alasan orang tua yang memberikan minuman ini kepada anak supaya bisa diam, tenang, tidak rewel," ujarnya dalam konferensi virtual, Sabtu (17/9/2022).
Bahkan, ia mengungkap lebih dari 61,3 persen penduduk Indonesia di atas usia 3 tahun mengkonsumsi paling tidak satu botol minuman berpemanis dalam kemasan setiap harinya. Ia mengingatkan, tingginya konsumsi gula karena sifatnya seperti candu. Artinya cara kerja gula di otak sama seperti narkoba, alkohol, atau rokok yang bisa menjadi candu. Ia mengingatkan, tingginya konsumsi gula dalam minuman berpemanis dalam kemasan sangat bahaya.
"Semakin dini seseorang terpapar minuman berpemanis dalam kemasan maka semakin tinggi mengalami risiko kondisi obesitas, diabetes mellitus, penyakit jantung, ginjal, pembuluh darah, kanker, stroke, gangguan cemas, gangguan perilaku, hingga pikun," ujarnya.