Jumat 30 Sep 2022 05:22 WIB

Masih Dominan Perempuan, Saatnya Kaum Adam Ikut Program KB

BKKBN dan DKT Indonesia berkolaborasi mengajak laki-laki ikut KB.

Rep: Erik PP/ Red: Erik Purnama Putra
BKKBN dan DKT Indonesia mengajak kaum pria untuk ikut program KB.
Foto: IST
BKKBN dan DKT Indonesia mengajak kaum pria untuk ikut program KB.

REPUBLIKA.CO.ID, Ada yang menarik dari status yang diunggah komika sekaligus sutradara film Ernest Prakasa di lini masa Twitter, baru-baru ini. Dia mengutip data Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu sekitar 37,5 persen kehamilan di Indonesia adalah kehamilan yang tidak direncanakan.

Laporan eStability merujuk Good Mention Institute pada 2022, menemukan angka sebanyak 40 persen kehamilan di Indonesia tidak direncanakan. Ternyata, salah satu pemicu persoalan tersebut adalah karena peran laki-laki dalam program Keluarga Berencana (KB) masih sangat rendah.

Sudah menjadi pemahaman umum di masyarakat kalau KB dikesankan hanya menyasar kalangan perempuan. Bagi pasangan yang sudah berumah tangga, beban ikut KB seolah hanya dinisbahkan untuk istri, bukan suami. Sehingga, muncul anggapan jika laki-laki tidak perlu ikut program KB.

Padahal, jika kedua belah pihak terlibat berperan aktif maka masalah kelahiran yang tidak direncanakan bisa diatasi. Tentu saja, salah satu program KB termudah yang bisa dilakukan kaum adam adalah dengan menggunakan kondom saat berhubungan. Selain efektif mencegah kemahilan, juga sebagai filter berganda jika memang pasangan juga sudah ikut program KB.

"Kenapa ya, di Indonesia ini setiap ada pembagian kondom itu langsung jadi ribut. Padahal selain kehamilan, itu bisa mencegah berbagai infeksi seksual termasuk HIV. Emang sih lebih aman lagi kalau tidak ngeseks sama sekali di luar pernikahan, tapi apa iya realitanya gitu?" ujar Ernest lewat akun @ernestprakasa dikutip di Jakarta, Kamis (29/9/2022).

Selama ini, penggunaan kondom sebagai salah satu kontrasepsi sangat mudah disalahpahami di masyarakat. Kadang tabu pula untuk dibicarakan karena sudah mendapatkan stigma buruk. Padahal, jika semakin banyak suami mengikuti program KB maka persoalan kehamilan yang tak direncanakan bisa ditekan. "Kontrasepsi harusnya sih jangan dimiskonsepsi, tapi dieksekusi," ujar Ernest.

Bukti bahwa keterlibatan laki-laki sangat minim dalam program KB terungkap dari hasil penelitian yang diadakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Direktur Bina Pelayanan KB Wilayah Khusus BKKBN, dr Fajar Firdawati menjelaskan, total peserta KB di Indonesia sekitar 21,89 juta jiwa pasangan usia subur (PUS).

Adapun jenis KB terbanyak yang digunakan masyarakat Indonesia adalah suntik sekitar 59,91 persen. Selanjutnya adalah metode pil 15,79 persen, implan 10 persen, IUD (intrauterine device) 7,99 persen, MOW (metode operatif wanita) 4,19 persen, dan kondom 1,84 persen.

"Menurut metode kontrasepsi, masih didominasi KB suntik hampir 60 persen, disusul pil," kata Firda dalam Webinar DKT Hari Kontrasepsi Sedunia 2022 di Jakarta, Kamis. Angka itu menandakan memang kalangan laki-laki belum terlalu peduli dengan program KB, yang ditandai penggunaan kondom di bawah dua persen.

Survei yang dilakukan DKT Indonesia semakin menguatkan temuan tersebut. Hasilnya, hanya 3,12 persen laki-laki yang menggunakan kondom dan 0,5 persen melakukan vasektomi. Rendahnya keikutsertaan laki-laki mengikuti program KB membuat DKT Indonesia dan BKKBN berkolaborasi meluncurkan program 'Pria Ber-KB Itu Keren?'.

Kegiatan kampanye itu bertujuan untuk mengubah persepsi di masyarakat bahwa laki-laki ikut KB itu tidak tepat dan menghapus stigma negatif tentang kondom. BKKBN ikut berkepentingan dengan kampanye itu, sebab mereka mendapatkan tugas dari pemerintah.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, BKKBN diperintahkan untuk menurunkan angka kelahiran total (total fertility rate/TFR), meningkatkan angka prevalensi pemakaian kontrasepsi modern, menurunkan kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi, dan menurunkan angka kelahiran menurut kelompok umur 15-19 tahun.

Atas dasar itu, menurut Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, dr Eni Gustina, pihaknya bergerak aktif untuk meminimalkan jumlah kehamilan yang tidak direncanakan di masyarakat. Pasalnya, kehamilan tidak direncanakan turut menjadi pemicu dan meningkatkan risiko lahirnya bayi stunting baru.

"Target kita 2022, modern kontrasepsi rate adalah 62,55 persen dari pasangan usia subur. Harapan kami pelayanan terus dilanjutkan karena kita akan meneruskan bekerja sama dengan TNI, yaitu TNI Manunggal KB dan di bulan September ada Hari Kontrasepsi Dunia," kata Eni di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Merujuk Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2012, angka fertilitas dinamika kependudukan di Indonesia saat pertama kali program KB dicanangkan lima dekade lalu di angka 2,6 per perempuan. Saat survei SDKI dihelat lagi pada 2017, angka tingkat kelahiran menurun mencapai 2,4 per perempuan.

Meskipun terus mengalami penurunan, namun karena jumlah penduduk yang sudah menyentuh 270 juta jiwa membuat pertambahan penduduk terbilang besar. Tercatat dalam 10 tahun terakhir sejak 2010, Indonesia mengalami penambahan penduduk 32,65 juta jiwa atau rata-rata 3,26 juta per tahun.

Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kemendagri menunjukkan, angka kelahiran pada November 2020-Februari 2021 mencapai 501.319 jiwa dan pada periode yang sama penduduk meninggal sebanyak 355.332 jiwa. Dengan begitu, tidak heran jika jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah. Salah satu faktornya adalah diakibatkan angka kelahiran yang terbilang masih besar.

Suami ikut KB

Dengan alasan itulah, kampanye mengajak suami ikut program KB menjadi sangat tepat untuk sekaligus mendukung program pemerintah. Menurut Presiden Direktur DKT Indonesia, Juan Enrique Garcia, selama ini, beban utama KB ada di pundak perempuan.

"Padahal, tanggung jawab merencanakan keluarga, menjaga kesehatan reproduksi, adalah peran kedua belah pihak, suami dan istri. Sebagai kepala rumah tangga, suami harus berperan aktif dalam mensukseskan KB, dimulai dari langkah sederhana menggunakan kondom dan atau vasektomi," kata Juan dalam laman resmi perusahaan.

Dia menerangkan, DKT Indonesia selalu berupaya untuk mengkomunikasikan kesetaraan gender dapat dicapai. Salah satunya dengan kemauan dan kemampuan laki-laki untuk memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga kesehatan reproduksi dan berpartisipasi dalam menggunakan kontrasepsi.

Sehingga beban KB tidak hanya ditanggung semata oleh perempuan. "Untuk itu, dengan kampanye pendidikan 'Pria Ber-KB Itu Keren!', kami berharap dapat menarik lebih banyak lagi kesadaran laki-laki di Indonesia yang ingin berpartisipasi dalam keluarga berencana," ujar Juan.

Sub Koordinator Partisipasi dan Keberlanjutan KB Pria BKKBN, Raymond Nadeak, melanjutkan, minimnya partisipasi laki-laki dalam program KB disebabkan oleh berbagai faktor. Antara lain, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan, ketertiban sosial, dan rumor negatif tentang penggunaan kontrasepsi bagi seorang suami atau bapak.

"Rumor negatif seperti tidak nyaman menggunakan kondom, vasektomi bisa menghilangkan kejantanan hingga menimbulkan disfungsi ereksi yang tidak tepat di masyarakat. Untuk itu, BKKBN telah melakukan berbagai kegiatan komunikasi dan informasi, termasuk sosialisasi dan webinar untuk memperkuat kelompok KB pria di masyarakat," kata Raymond.

Pihaknya mengakui, banyak pasangan yang mengabaikan imbauan penggunaan kontrasepsi, khususnya pada masa pandemi Covid-19. Kondisi itu ditandai meningkatnya kehamilan sampai 10 persen. Merespon hal itu, BKKBN berusaha meningkatkan partisipasi laki-laki dalam program KB untuk mencegah kehamilan yang tak diinginkan. "Urusan KB harus menjadi tanggung jawab kedua belah pihak," kata Raymond.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement