REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Suasana duka masih sangat terasa di kediaman M. Alfiansyah. Laki-laki berusia 11 tahun tersebut termasuk salah satu korban selamat insiden kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang.
Akibat kejadian tersebut, kini Alfiansyah menjadi yatim piatu. Sebab, orang tua Alfiansyah, M. Yulianto (40 tahun) dan Devi Ratna S. (30 tahun) turut menjadi korban meninggal dunia pada insiden tersebut bersama ratusan korban lainya.
Paman Alfiansyah, Doni (43 tahun) menceritakan, saat kejadian Alfiansyah dan kedua orang tuanya pergi menonton pertandingan sepak bola ke Stadion Kanjuruhan Malang. Mereka tidak menyangka momen kebersamaan tersebut menjadi bencana bagi keluarganya.
Orang tua Alfiansyah meninggal karena sesak nafas. Saat itu Alfiansyah berhasil selamat bersama Doni dan putranya. "Kini Alfiansyah Yatim Piatu, dan rencananya akan tinggal bersama kami hingga lulus SD,” kata Doni dalam keterangan pers yang diterima Republika.
Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Jawa Timur (Jatim), Kholid Abdillah mengatakan, Dompet Dhuafa berkomitmen untuk membantu apa yang dibutuhkan Alfiansyah hingga dewasa nanti. Komitmen bantuan termasuk yang diberikan pada Senin (2/11/2022).
Melalui Cabang Jawa Timur dan Disaster Management Center (DMC), Dompet Dhuafa sebelumnya juga telah mengerahkan tim respons untuk bantu percepatan penanganan awal pasca-kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kelurahan Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, pada Ahad (2/01/2022) lalu.
Selain mengerahkan ambulans, tim juga akan membantu pendataan informasi korban meninggal. Kemudian membuka Pos Hangat di Rumah Sakit atau di pusat informasi.
"Pun berbagi nasi ke keluarga korban yang sedang menunggu hasil identifikasi,” ujar dia.
Seperti diketahui, pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya telah menyiksa duka mendalam bagi masyarakat Indonesia. Ratusan Aremania dan dua polisi dinyatakan meninggal dunia akibat kejadian tersebut. Selain itu, juga terdapat ratusan penonton yang mengalami luka, baik ringan maupun berat.