REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Media Australia melaporkan Canberra bersiap menyelamatkan puluhan perempuan dan anak-anak Australia dari tempat pengungsian di Suriah. Misi rahasia ini dilakukan badan intelijen negara.
Pemerintah belum mengkonfirmasi laporan pemulangan 16 perempuan dan 42 anak-anak anggota ISIS yang dipenjara atau tewas. Mereka tinggal di tenda-tenda pengungsian selama 3,5 tahun.
"Prioritas utama pemerintah Australia adalah melindungi warga dan kepentingan Australia yang diinformasikan penasihat keamanan nasional," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Clare O'Neil dalam pernyataan tertulisnya, Senin (3/10/2022).
"Mengingat sifat masalah yang sensitif, tidak tepat untuk memberikan komentar lebih lanjut," tambahnya.
O'Niel tidak memberikan respon seruan dari oposisi agar pemerintah memastikan agar siapa pun warga Australia yang telah diradikalisasi tidak menimbulkan ancaman saat dipulangkan ke Australia.
Menteri Lingkungan Australia Tanya Plibersek mengatakan terdapat 40 anak-anak Australia yang tinggal di tenda-tenda pengungsian di Suriah. Beberapa diantaranya ibu-ibu mereka ditipu dan dinikahkan dengan anggota ISIS ketika mereka sangat muda.
"Saat mereka kembali ke Australia, saya pikir sangat penting anak-anak itu menerima konseling," kata Plibersek di stasiun televisi Channel 7.
"Tapi saya kira semua orang yang terlibat, akan ada harapan bada keamanan dan intelijen kami terus melakukan kontak dan memantau mereka," kataya.
Pada tahun 2019 lalu Australia menggelar operasi pertama penyelamatan anak-anak dan cucu dua orang anggota ISIS di tenda pengungsian di Suriah. Tapi menunda pemulangan sampai sekarang.