REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Korea Utara (Korut) mengatakan, penembakan dua rudal balistik terbarunya merupakan respons atas latihan militer gabungan antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel). Pyongyang turut menyoroti keputusan Washington mengirim kapal perangnya ke Semenanjung Korea.
Kemenlu Korut mengungkapkan, ketegangan di Semenanjung Korea meningkat seiring kian intensifnya latihan militer gabungan AS-Korsel. Korut pun mengecam keputusan AS mengerahkan kembali kapal bertenaga nuklir USS Ronald Reagan ke Semenanjung Korea untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari sebulan.
“Korut menyaksikan AS menjadi ancaman serius bagi stabilitas situasi di semenanjung Korea dan sekitarnya dengan mengerahkan kembali gugus tugas kapal induk di perairan lepas Semenanjung Korea,” kata Kemenlu Korut dalam sebuah pernyataan, Kamis (6/10/2022).
Korut telah menembakkan dua rudal balistik jarak pendek pada Kamis. Itu merupakan peluncuran rudal keenamnya dalam waktu kurang dari dua pekan. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida kembali mengecam aksi peluncuran rudal terbaru Korut. “Ini benar-benar tidak bisa ditoleransi,” ujarnya.
Pada Selasa (4/10/2022) lalu, Korut menembakkan rudal balistik jarak menengah ke atas wilayah Jepang. Hal tersebut seketika memicu kepanikan di antara warga Negeri Sakura. Merespons kejadian itu, Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada menegaskan, negaranya tak menutup diri untuk melancarkan serangan balasan.
“Mengingat situasi ini, kami akan terus memeriksa semua opsi, termasuk apa yang disebut kemampuan serangan balik. Kami terus bekerja untuk secara fundamental memperkuat kemampuan pertahanan kami,” ucapnya.
Dewan Keamanan PBB sempat menggelar pertemuan untuk membahas langkah Korut meluncurkan rudal balistik jarak menengah pada Selasa lalu. Menurut Korut, penembakan rudal itu merupakan respons atas latihan militer gabungan Korsel-AS.