REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin mendorong Penyuluh Agama Islam aktif menyosialisasikan informasi seputar stunting melalui majelis taklim. Dirjen menyebut, penurunan stunting merupakan salah satu langkah menuju lahirnya generasi unggul.
"Sebanyak 50.262 Penyuluh Agama Islam PNS dan non-PNS membina ratusan ribu majelis taklim. Setiap Penyuluh diwajibkan membina 3-5 majelis taklim. Tentu ini merupakan salah satu instrumen peningkatan literasi bahaya stunting dan pencegahannya," kata Dirjen di Istana Wapres, Kamis (6/10/2022).
Dalam Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Da'i, dan Da'iyah untuk Mendukung Percepatan Pernurunan Stunting ini, Dirjen menyebut, peningkatan literasi bagi masyarakat efektif dilakukan melalui bidang nonformal. Selain majelis taklim, Dirjen menyebut pentingnya masjid sebagai salah satu tempat yang efektif dalam mengedukasi masyarakat.
"Penyuluh Agama Islam merupakan agen perubahan, referensi dan rujukan umat, petugas negara, serta memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat," tambahnya.
Dalam melaksanakan peran ini, penyuluh agama Islam juga memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat. Dirjen menyebut sejumlah spesialis bimbingan Penyuluh seperti pengentasan buta huruf Alquran, keluarga sakinah, zakat dan wakaf, produk halal, kerukunan umat, radikalisme, aliran sempalan, HIV/Aids, haji, dan umrah.
"Penyuluh Agama, Penghulu, dai, dan daiyah sangat strategis dan fundamental dalam menyampaikan pesan pencegahan stunting kepada masyarakat melalui berbagai cara pendekatan," pungkas Dirjen dalam acara yang dihadiri Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, dan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN, Hasto Wardoyo.