Rabu 12 Oct 2022 03:47 WIB

4 Cobaan Nabi Muhammad yang Membuatnya Lebih Kuat

Nabi Muhammad tetap kuat dan tidak menyerah mengatasi ujiannya.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Ani Nursalikah
4 Cobaan Nabi Muhammad yang Membuatnya Lebih Kuat
Foto: Republika.co.id
4 Cobaan Nabi Muhammad yang Membuatnya Lebih Kuat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW pernah mengalami kesulitan yang luar biasa dalam hidupnya. Namun, ia tetap kuat dan tidak menyerah dalam menyelesaikan permasalahan dan kesulitan tersebut.

Dilansir dari About Islam, ujian itu sesuai dengan keimanan seseorang yang paling berat ujiannya di antara manusia adalah para Nabi, kemudian yang terbaik berikutnya dan yang terbaik berikutnya. Nabi Muhammad yang diberkati menjalani kehidupan di bawah naungan ayat-ayat di mana Allah berfirman:

Baca Juga

'Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan ketakutan, kelaparan, kehilangan harta, jiwa dan buah-buahan, tetapi berilah kabar gembira kepada As-Saabiron (sabar)'.

Berikut empat cobaan Nabi Muhammad yang membuatnya lebih kuat.

1. Anak Yatim

Kehidupan Nabi Muhammad SAW sulit sejak tahap awal. Dia terlahir sebagai yatim piatu, dan ibunya tidak hidup lebih lama lagi. Namun, menjadi yatim piatu adalah berkah tersembunyi.

Pengaruhnya terhadap Nabi Muhammad SAW sangat luar biasa. Dia menjadi orang yang lebih kuat, baik secara spiritual maupun mental, mempersiapkannya untuk misi mulianya sebagai seorang Nabi, yang akan segera datang.

2. Kematian Setelah Kematian

Nabi Muhammad SAW pindah ke rumah pamannya Abu Thalib dan mulai bekerja dengan perdagangan dimana ia bertemu istrinya Khadijah. Segera terlihat bahwa, Allah telah memilihnya untuk sebuah misi besar, yaitu kenabian.

Khadijah berdiri di sisinya, menawarkan tidak hanya dukungan emosional tetapi juga dukungan finansial kepada suaminya dan Komunitas Muslim yang baru. Abu Thalib adalah pelindung yang kuat dari keponakannya dalam menghadapi ancaman kejam dari kaum pagan Makkah.

Lagi-lagi kematian orang-orang terkasih sering terjadi. Dia kehilangan paman dan istri tercinta Khadijah di tahun yang sama, tahun kesedihan. Apalagi keturunannya semua mati dalam hidupnya, kecuali Fatimah.

Apakah ini membuat Nabi Muhammad SAW menyimpan dendam dengan keputusan Tuhannya? sebaliknya, keseimbangan menjadi Nabi Muhammad yang taat dan ayah yang berhati lembut termanifestasi dengan indah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement