REPUBLIKA.CO.ID., ANKARA -- Korban tewas dalam serangan terbaru Rusia di Ukraina bertambah menjadi 19 orang dan puluhan lainnya menderita luka-luka, menurut layanan darurat negara itu pada Selasa (11/10/2022)
Jumlah orang yang terluka dalam serangan rudal Rusia, yang dimulai pada hari Senin, mencapai 105 orang, kata Layanan Darurat Ukraina dalam sebuah pernyataan.
Badan darurat Ukraina mengatakan pasokan listrik ke 3.571 permukiman di wilayah Poltava, Sumy, Ternopil, Lviv, Kiev dan Khmelnytskyi telah kembali seperti semula. Tetapi 301 permukiman di wilayah Kyiv, Lviv, Sumy, Ternopil, dan Khmelnytsky belum teraliri listrik.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia pada Senin malam mengatakan semua target di Ukraina, termasuk komando militer, komunikasi, dan fasilitas energi, dihantam dengan senjata presisi tinggi.
Presiden Vladimir Putin mengatakan serangan itu sebagai tanggapan atas ledakan di Jembatan Kerch, yang menghubungkan Semenanjung Krimea dengan Rusia, dan "serangan teroris" lainnya.
Namun Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Putin tidak "terprovokasi" oleh serangan jembatan, karena "Rusia terus-menerus menyerang Ukraina dengan rudal."
"Putin putus asa karena kekalahan di medan perang dan menggunakan teror rudal untuk mencoba mengubah laju perang yang menguntungkannya," kata dia di Twitter.
Serangan terbaru telah dikutuk oleh pejabat Ukraina dan negara-negara Barat, yang bersumpah akan terus mendukung Kyiv.
Rusia memulai “operasi militer khusus” di Ukraina pada Februari. Dalam beberapa pekan terakhir, pasukan Ukraina melancarkan serangan balasan, sementara Moskow memanggil lebih banyak pasukan cadangan dan mencaplok empat wilayah Ukraina ke dalam wilayah Federasi Rusia.