REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memulai pembangunan infrastruktur pengairan berupa sumur dan embung untuk mendukung kegiatan budi daya pertanian pada Food Estate sorgum di NTT dan NTB. Setelah rampung dibangun, kebutuhan air para petani diharap dapat terpenuhi sehingga produksi massal dapat dilakukan.
Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR, Adenan Rasyid, menjelaskan Food Estate sorgum di NTT tersebar di tiga desa wilayah Kabupaten Sumba Timur.
Di antaranya yakni Desa Palakahembi, Desa Patawang, dan Desa Kawangu dengan masing-masing luas lahan sorgum sebesar 135 hektare (ha), 551 ha, dan 20 ha.
"Sebulan lalu, kami sudah tindaklanjut ke lokasi untuk melakukan survei lokasi. Jadi kita siapkan operasionalnya dan fungsionalkan sumur-sumur yang sudah terbangun," kata Adenan dalam webinar ICMI Talk, Kamis (13/10/2022).
Adenan menjelaskan, di Desa Palakahembi sudah terdapat 13 titik sumur bor namun belum digunakan secara optimal dan telah disempurnakan oleh PUPR. Pemerintah pusat pun kembali membangun empat sumur bor tambahan baru untuk mendukung 135 ha lahan di sana.
Adapun di Desa Patawang, PUPR mengerahkan para masyarakat petani untuk terjun langsung membuat 50 sumur galian agar mampu mengairi 551 ha lahan sorgum. Langkah itu dilakukan karena sekaligus untuk memberdayakan masyarakat setempat agar memperoleh pendapatan.
"Pembuatan sumur galian dilakukan oleh 11 kelompok petani yang ada, selanjutnya akan dibuat lagi empat titik sumur bor. Kita sedang diskusi titik-titik yang layak," kata dia.
Di Desa Kawangu, hanya akan dibangun 2 titik sumur bor karena lahan food estate yang hanya 20 ha. Lebih lanjut khusus Food Estate sorgum di NTB terdapat di Desa Akar-Akar Lombok utara dengan pembukaan lahan tahun ini seluas 10 ha dan 120 ha untuk tahun depan.
Kementerian PUPR, kata Adenan, telah membuat tiga sumur pompa dengan kapasitas 18 liter per detik. "Sekarang sudah masuk tahap penanaman seluas 5 hektare untuk tahap pertama," ujarnya.
Adapun lokasi selanjutnya terletak di Desa Sasake, Lombok Tengah. Ia menuturkan, potensi lahan sorgum mencapai 70 ha namun baru akan dibuka tahun ini seluas 10 ha. Para petani akan memperoleh pasokan air dari embung seluas 5 ribu meter persegi dengan volume 15 ribu kubik yang sedang dibangun.
Sementara itu, Direktur Pembiayaan, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, Indah Megawati, mendorong para petani untuk memanfaatkan KUR dengan bunga 3 persen sebagai permodalan.
Namun, ia mengingatkan, para petani yang mengajukan KUR harus sudah memiliki off-taker atau pihak yang akan membeli produksinya untuk menghindari kredit macet.
Selain itu, pihak off-taker juga perlu mengajukan KUR untuk kebutuhan pengadaan fasilitas mesin sosoh sehingga gandum yang diserap dari petani bisa diproses menjadi tepung dan produk turunan lainnya.
"Jadi ambil KUR Rp 10 juta-Rp 15 juta silahkan, tapi harus disiapkan dulu hilirnya. Jadi kalau mau pinjam pasarnya sudah ada dan penyerapnya bisa menyosoh sorgum," kata dia.