REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Jakarta menegaskan bahwa kematian Mahsa Amini bukan akibat kekerasan ataupun pemukulan. Amini memiliki jejak rekam penyakit otak. Sehingga, gangguan otak menyebabkan Amini meninggal.
"Sebanyak 19 ahli spesialis kedokteran hadir di Iran dan melakukan penyelidikan," kata Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia Mohammad Azad di kediamannya, Jakarta, Rabu (19/10/2022) malam.
Pada tanggal 7 Oktober, Organisasi Kedokteran Forensik Iran menjelaskan bahwa kematian Amini bukan pukulan di kepala atau organ vital dan anggota tubuh, melainkan akibat hipoksia serebral. Ini merupakan gangguan irama jantung mendadak, penurunan tekanan darah, dan kehilangan kesadaran serta kekurangan oksigen ke otak.
Sebelum investigasi dan penyelidikan, kata dia, media mainstream dari Amerika hingga Eropa memberitakan bahwa telah terjadi kekerasan atau pemukulan. Mereka menyampaikan sebelum investigasi apa pun.
Setelah insiden ini, kata Dubes, berbagai pejabat tinggi Republik Islam Iran, Pemimpin Agung, kepala dari pihak kekuasaan, eksekutif, yudikatif, dan legislatif, serta Kejaksaan Agung mengambil tindakan. "Presiden juga menelepon keluarga Amini. Investigasi selama 1 bulan dan akhirnya ditemukan apa yang sebenarnya terjadi dengan Amini," katanya.
Peristiwa meninggalnya Amini merupakan hal yang menyedihkan bagi bangsa dan pemerintah Iran. Iran menerapkan transparansi dan keadilan sebagai pendekatan utama dalam menangani kematian Amini.
Akan tetapi, negara-negara Barat dan rezim Zionis Israel, yang telah mengalami kegagalan memalukan dalam menghadapi Iran sejak kemenangan Revolusi Islam, berupaya mengimbanginya dengan berbagai cara. Kali ini melalui kampanye hitam oleh berbagai media mainstream dan robot-robot media sosial mencoba menciptakan kerusuhan dan kekacauan di Iran.
Kerusuhan baru-baru ini di Iran yang memanfaatkan dalih kematian Amini digunakan oleh para musuh untuk mencampuri urusan dalam negeri Iran dan memicu lebih banyak kerusuhan.
Para pemimpin politik AS, rezim Zionis Israel, dan sebagian Eropa bersama media mereka menyalahgunakan insiden tragis yang telah diselidiki dengan mendukung kerusuhan di Iran. Padahal, kata dia, jutaan orang Iran muncul di jalan-jalan untuk mendukung negara mereka dan menentang kekacauan belakangan ini.
Seperti yang dikatakan Pemimpin Agung Republik Islam, kerusuhan yang terjadi di Iran tidak ada hubungannya dengan kematian Mahsa Amini, hijab, dan hak-hak perempuan. Para musuh Iran, khususnya AS dan rezim Zionis Israel, menurut dia, hanya memanfaatkan alasan ini dan mulai menciptakan kekacauan dengan desain dan rencana mereka yang berkelanjutan.
Menanggapi sanksi Uni Eropa baru-baru ini terhadap Iran terkait perkembangan terkini, otoritas Iran mengatakan bahwa Uni Eropa kembali melakukan kesalahan kalkulasi dengan melakukan tindakan tidak konstruktif berdasarkan banyak informasi palsu dengan menjatuhkan sanksi yang tidak efektif terhadap Iran.