REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan China memutuskan status quo di Taiwan sudah tidak bisa lagi diterima. Beijing, tambahnya, akan menambah tekanan pada pulau demokratis tersebut.
Dalam acara yang digelar Bloomberg, Blinken mengatakan kemungkinan tekanan itu menggunakan kekuatan. Menteri luar negeri mengatakan China mengubah sikapnya pada perbedaan antara Washington dan Beijing soal Taiwan yang dikelola dengan damai beberapa dekade terakhir.
"Apa yang berubah adalah: keputusan pemerintah di Beijing yang menyatakan status quo tidak lagi dapat diterima, mereka ingin mempercepat proses yang mana mereka akan mengejar reunifikasi," kata Blinken, Rabu (26/10/2022).
Ia menambahkan China juga membut keputusan untuk memberikan lebih banyak tekanan pada Taiwan. Kemungkinan "menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan-tujuan mereka" bila taktik tekanan tidak berhasil.
"Itulah yang secara fundamental berubah," katanya.
Ia menegaskan Washington tidak ingin "Perang Dingin" dan tidak mencoba menahan China. Tapi akan tegas dan mempertahankan kepentingannya.
Pekan lalu diplomat AS mengatakan Beijing bertekad mengejar reunifikasi dengan Taiwan "lebih cepat dari yang dijadwalkan". Tapi ia tidak mengungkapkan waktu pastinya.
Pemerintahan Presiden Joe Biden berulang kali menuduh China menggunakan kunjungan Ketua House of Representative AS Nancy Pelosi ke Taiwan sebagai alasan untuk meningkatkan latihan militernya di sekitar Taiwan. Beijing mengklaim Taiwan bagian dari wilayahnya.
Tahun lalu seorang jenderal AS mengatakan China tampaknya tidak akan merebut Taiwan dalam beberapa tahun terakhir. Pada saat itu Komando Indo-Pasifik AS memberitahu Kongres ancaman tersebut dapat terwujud dalam waktu enam tahun.
Dalam kongres lima tahunan Partai Komunis China bulan lalu Presiden Xi Jinping mengatakan Beijing tidak akan melepaskan haknya menggunakan kekuatan pada Taiwan. Tapi China tetap berusaha menggunakan resolusi damai.