REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menghabiskan satu malam ekstra di stasiun penelitian Antartika pada Jumat (28/10/2022). Pesawat militer yang akan dia tumpangi untuk kembali ke Selandia Baru mogok.
Ardern telah berada di Antartika sejak Rabu (26/10/2022) dengan waktu kunjungan selama 72 jam. Dia bertemu dengan para ilmuwan negara itu dan mengunjungi situs-situs sejarah penting sambil mempromosikan perlunya kerja sama di wilayah tersebut.
Seorang juru bicara perdana menteri mengatakan pada Sabtu (29/10/2022), bahwa Ardern dan rombongannya akan kembali dengan pesawat militer C-13 Hercules Italia pada Sabtu. Dia terbang dengan pesawat militer Amerika Serikat ke Antartika setelah penerbangan pertamanya harus mundur di tengah kondisi cuaca buruk.
Selandia Baru adalah salah satu dari tujuh negara, termasuk Australia, Prancis dan Cili, yang memiliki klaim teritorial Antartika. Wilayah ini pun diakui Ardern merupakan titik kritis karena Selandia Baru memiliki Pangkalan Scott.
"(Antartika) menjadi wilayah yang semakin diperebutkan yang mana seharusnya kami jaga dan lindungi integritasnya di dunia yang rentan terpecah belah," kata Ardern saat mengumumkan keberangkatannya.
Beberapa tahun terakhir Rusia dan China banyak berinvestasi meningkatkan kemampuan dan kehadiran di Antartika. Atas upaya itu, negara Barat meresponnya dengan langkah yang sama untuk mempertahankan kendalinya.
Pada awal tahun ini Australia mengumumkan akan menggelontorkan 804 juta dolar Australia untuk membeli drone dan helikopter dan membangun stasiun mobil untuk memperkuat kepentingannya di Antartika karena memiliki klaim terbesar di benua itu.