Ahad 30 Oct 2022 20:56 WIB

Kurangi Disparitas Digital, Menkominfo Dorong Operator Seluler Berani Investasi

Masih terdapat 12.548 desa dan kelurahan yang belum mendapatkan layanan internet.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kurangi Disparitas Digital, Menkominfo Dorong Operator Seluler Berani Investasi (ilustrasi).
Foto: Pixabay
Kurangi Disparitas Digital, Menkominfo Dorong Operator Seluler Berani Investasi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mendorong operator seluler untuk berani berinvestasi guna pemerataan akses internet dan mempersempit disparitas digital di Indonesia. Johnny mengatakan, pemerintah dan penyelenggara layanan seluler memiliki tugas besar melakukan pemerataan akses telekomunikasi di seluruh Indonesia.

"Kita perlu untuk melihat sumber pembiayaan yang lain yaitu melalui pembiayaan korporasi, mendorong perusahaan-perusahaan operator seluler telekomunikasi dan fiber optik untuk lebih berani investasi di saat yang luar biasa ini di tengah pandemi dan tantangan geopolitik," kata Johnny dikutip dari website Kominfo.go.id, Ahad (30/10).

Baca Juga

Johnny mengatakan masih terdapat 12.548 desa dan kelurahan yang belum mendapatkan layanan internet atau blankspot baik di wilayah terdepan, terluar dan terpencil (3T) maupun wilayah komersial.

"(Wilayah) blankspot ini ada 12.548 desa dan kelurahan bukan seluruhnya ada di wilayah 3T, ada juga di wilayah komersial atau non 3T yang menjadi wilayah operasi operator seluler dan fiber optik," ujarnya.

Johnny mengatakan, setiap opsel harus mengalokasikan capital expenditure (Capex) dan operational expenditure (Opex) untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur TIK. Karena itu, Pemerintah mendorong konsolidasi dan terobosan agar terjadi peningkatan kemampuan operator seluler.

"Tahun yang lalu sampai sekarang bahkan dengan mendorong operator seluler lebih efisien agar tak terjadi double atau triple investment untuk infrastruktur oleh operator seluler," ujarnya.

Dia melanjutkan, sektor digital upstream dan downstream, menjadi salah satu yang diupayakan Pemerintah melalui blended financing atau bauran pembiayaan. Apalagi di tengah tantangan mulai kontraksi ekonomi, stagflasi, resesi ekonomi dan ancaman krisis.

Johnny menjelaskan blended financing untuk infrastruktur TIK di Indonesia terdiri dari pembiayaan yang dilakukan melalui fasilitas Universal Service Obligation (USO) yang bersumber dari dana sebesar 1/4 persen dari penyelenggara layanan seluler.

Sebab, Johnny mengakui, saat ini hampir semua negara mengalami kesulitan untuk membiayai pembangunan infrastruktur TIK dengan meningkatkan USO.

“Ternyata hampir tidak mungkin, 1/4 persen itu sudah maksimal dan itu berarti perlu dicarikan sumber pembiayaan yang baru. Banyak negara baik itu G7 Countries maupun beberapa negara di Afrika menteri keuangannya selalu mencari jalan bagaimana caranya untuk membiayai dalam rangka to breach the digital divide, mempersempit jurang disparitas digital di negara masing-masing," ujarnya.

Namun, dia menegaskan, Pemerintah akan terus mewujudkan akselerasi transformasi digital dengan melaksanakan berbagai program dan kebijakan. Menurut Menteri Johnny, Presiden Joko Widodo menyampaikan dengan tegas untuk mengantisipasi dampak pandemi Covid-19 dan keadaan dunia yang luar biasa ini.

"Kita harus tetap optimis menatap masa depan dan melaksanakan setiap kegiatan untuk memastikan program nasional kita tetap berjalan di saat banyak negara mengalami tantangan," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement