Ahad 06 Nov 2022 01:11 WIB

Tulungagung Ambil Sampel Ginjal Tikus Liar Antisipasi Leptospirosis

Pengambilan sampel dilakukan untuk mengantisipasi merebaknya penyakit leptospirosis

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengambil sampel ginjal pada empat ekor tikus liar antisipasi leptospirosis. (ilustrasi)
Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengambil sampel ginjal pada empat ekor tikus liar antisipasi leptospirosis. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG  - Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengambil sampel ginjal pada empat ekor tikus liar yang ditangkap di daerah endemi leptospirosis. Pengambilan sampel dilakukan untuk mengantisipasi merebaknya penyakit menular mematikan tersebut di masyarakat.

"Ini upaya kami sebagai bentuk kewaspadaan kami terhadap leptospirosis," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Didik Eka di Tulungagung, Sabtu (5/11/2022).

Baca Juga

Ginjal tikus yang sudah terambil selanjutnya di bawa ke laboratorium untuk dilakukan penelitian, apakah mengandung bakteri leptospira atau tidak. Jika ditemukan, maka Dinkes Tulungagung akan melakukan pemeriksaan dalam skala lebih luas kepada masyarakat untuk mengetahui lagi apakah bakteri sejenis sudah menjangkit pada manusia.

Selain itu, Dinkes Tulungagung akan merekomendasikan pembasmian untuk pengendalian hama tikus di lingkungan dekat permukiman penduduk, terutama di daerah yang dinyatakan berstatus endemis. Ada dua desa yang saat ini menjadi fokus gerakan kewaspadaan leptospirosis yakni Desa Bono dan Ngranti, Kecamatan Boyolangu.

Di dua desa ini, Dinkes Tulungagung sudah memasang sedikitnya 50 alat jebakan tikus. Pengambilan sampel ginjal dengan demikian akan diperbanyak untuk memperkuat akurasi penelitian terhadap potensi wabah leptospirosis di lingkungan permukiman.

Desa Bono dan Ngranti dipilih lantaran tergenang banjir saat hujan ekstrem beberapa waktu lalu. Saat banjir, tikus yang biasanya berada di persawahan atau kadang mencari tempat kering di permukiman. Di dua desa ini juga ditemukan riwayat leptospirosis pada 2019 dan kemungkinan masih ditemukan dalam tubuh tikus.

Gejala leptospirosis pada manusia biasanya ditandai dengan kondisi badan mengalami panas tinggi, kulit kelopak mata bagian dalam menguning, serta nyeri perut yang disertai pengerasan pada organ ginjal. Kasus leptospirosis di Tulungagung ini sempat mendorong peningkatan kewaspadaan tinggi seiring teridentifikasi12 orang terjangkit leptospira pada 2012. Temuan kasus saat itu tersedar di Kecamatan Gondang, Sendang, Boyolangu, dan Tulungagung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement