REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran menerangkan bahwa ada orang yang merasa benar bahkan merasa perbuatannya indah serta mendapatkan petunjuk, padahal perbuatannya buruk. Perbuatan buruknya dijadikan terasa indah oleh setan. Hal ini dijelaskan dalam tafsir Surah Fatir Ayat 8.
اَفَمَنْ زُيِّنَ لَهٗ سُوْۤءُ عَمَلِهٖ فَرَاٰهُ حَسَنًاۗ فَاِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرٰتٍۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَصْنَعُوْنَ
Maka, apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya (oleh setan), lalu menganggap baik perbuatannya itu (sama dengan yang mendapat petunjuk)? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan pilihannya) dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Maka, jangan engkau (Nabi Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap (sikap) mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS Fatir: 8)
Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, pada ayat ini Allah menerangkan perbedaan besar antara dua golongan disebut pada ayat sebelumnya. Orang-orang yang terpedaya dan dapat ditipu oleh setan, sehingga pekerjaan mereka yang buruk dianggapnya baik, tentunya tidak sama dengan orang-orang yang tidak dapat ditipu oleh setan.
Sebagaimana firman Allah, Katakanlah (Muhammad), "Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?" (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya." (QS Al-Kahf: 103-104)
Tersesat atau mendapat petunjuk ada di tangan Allah. Dia menyesatkan atau memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, sesuai dengan kebijaksanaan-Nya, berdasarkan keadaan hamba yang bersangkutan.
Orang-orang yang ditetapkan tersesat, dia selalu mengerjakan perbuatan buruk dan keji. Sebaliknya orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, selalu mengerjakan amalan yang baik.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW dilarang Allah untuk sedih dan cemas menghadapi kaumnya yang belum mau beriman dan menerima ajakannya. Sehingga tidak membinasakan dirinya.
Hal semacam ini diterangkan juga di ayat yang lain. Allah berfirman, "Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Alquran)." (QS Al-Kahf: 6)
Ayat ini ditutup dengan penegasan Allah bahwa Allah mengetahui apa yang mereka perbuat, termasuk perbuatan buruk dan keji yang akan dibalas-Nya dengan balasan yang setimpal.