Rabu 23 Nov 2022 15:01 WIB

Pencarian Korban yang Tertimbun Akibat Gempa Cianjur Dilanjutkan

BNPB terus melanjutkan pencarian korban yang tertimbun akibat gempa di Cianjur.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Bilal Ramadhan
Kondisi wilayah terdampak gempa di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Proses evakuasi korban dan pemulihan jalan terdampak longsor di Cugenang juga masih dilakukan, Rabu (23/11/2022).
Foto: Republika/Alkhaledi kurnialam
Kondisi wilayah terdampak gempa di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Proses evakuasi korban dan pemulihan jalan terdampak longsor di Cugenang juga masih dilakukan, Rabu (23/11/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Upaya pencarian korban tertimbun akibat gempa magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur terus dilanjutkan pada Rabu (23/11/2022). Di mana pencarian akan difokuskan di empat titik.

"Fokus pencarian berada di empat titik berbeda," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen Suharyanto kepada wartawan di Pendopo Kabupaten Cianjur.

Baca Juga

Empat titik fokus pencarian berada di Kampung Cugenang RT 02 Kecamatan Cugenang, Kampung Rawa Cina Desa Nagrak Kecamatan Cianjur, Kampung Selakawung Desa Sarampad Kecamatan Cugenang, dan di Jalan Raya Cipanas (Warung Sate Shinta). Selain pencarian korban, hasil rapat koordinasi memastikan semua titik pengungsian mendapatkan dukungan logistik.

Khususnya ke lokasi pengungsian yang terpusat di 14 titik tersebar di 12 kecamatan terdampak. Baik perseorangan yaitu masyarakat yang tidak mau meninggalkan rumah ataupun tidak mau bergabung di pengungsian terpusat.

Suharyanto meyakinkan Rabu ini untuk semuanya mendapatkan dukungan logistik. Di mana, pendistribusian logistik ada berbagai cara, seperti melalui jalur darat maupun udara.

Suharyanto menuturkan, pendistribusian logistik melalui udara disiapkan helikopter sebanyak tiga unit. Rinciannya sebanyak 2 unit dari Basarnas dan BNPB 1 unit.

Rapat koordinasi lintas sektoral pun lanjut Suharyanto mulai diintensifkan berkaitan dengan rencana tahap rekonstruksi dan rehabilitasi. Rakor melibatkan berbagai unsur di antaranya dari Kementerian PUPR, kepala desa, serta perguruan tinggi.

Nantinya mulai didata mana yang masuk kategori rumah rusak, rusak sedang, dan rusak ringan. Hasil asesmen di lapangan menyebutkan, cukup banyak bangunan rumah yang kondisinya rusak berat. Sedangkan rusak ringan rata-rata mengalami retak atau terkelupas dinding temboknya.

Untuk wilayah yang terisolasi, terang Suharyanto, datanya masih simpang siur. Oleh karenanya untuk memastikannya, peran kepala desa, babinsa, dan bhabinkamtibmas dilibatkan lantaran lebih mengetahui kondisi wilayah.

Nantinya masing-masing (kepala desa) melaporkan seandainya ada desa-desa yang masih terisolasi. Harapannya per hari ini (Rabu) tidak ada lagi keluhan-keluhan dari masyarakat yang merasa belum mendapatkan bantuan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement