Kamis 24 Nov 2022 07:27 WIB

Dahsyatnya Dzikir untuk Terapi Penyalahgunaan Narkoba, Ini 3 Syaratnya

Dzikir kepada Allah SWt bisa dijadikan sebagai terapi penyalahgunaan narkoba

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Berdzikir. Ilustrasi, Dzikir kepada Allah SWt bisa dijadikan sebagai terapi penyalahgunaan narkoba
Foto: Darmawan / Republika
Berdzikir. Ilustrasi, Dzikir kepada Allah SWt bisa dijadikan sebagai terapi penyalahgunaan narkoba

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam dunia tasawuf, dzikir memiliki kedudukan yang sangat signifikan. Dzikir kepada Allah SWT atau dzikrullah menempati sentral amaliah hamba yang beriman. 

Karena, dzikrullah adalah keseluruhan getaran hidup yang digerakkan oleh kalbu dalam totalitas Ilahiah.

Baca Juga

Dalam buku berjudul “Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara”, M Solihin menjelaskan, totalitas itu lah yang mempengaruhi aktivitas aktivitas, gerak-gerik hamba, kediaman, dan kontemplasi hamba. 

“Karena itulah kaum sufi memandang bahwa zikir mempunyai peranan penting dalam upaya mengobati penyakit-penyakit rohani,” jelas Solihin dikutip dari buku terbitan Rajagrafindo tersebut.

Menurut Solihin, sebagian ahli kedokteran jiwa juga telah meyakini bahwa penyembuhan penyakit klien dapat dilakukan lebih cepat jika memakai cara yang berdasarkan pendekatan keagamaan, yaitu dengan membangkitkan potensi keimanan kepada Tuhan lalu menggerakkannya ke arah pencerahan batiniah.

Dengan kondisi batin yang tercerahkan itulah yang akhirnya menimbulkan kepercayaan diri bahwa Tuhan adalah satu-satunya kekuatan penyembuhan dari penyakit-penyakit yang diderita. Kepercayaan itulah yang menjadi daya dorong kuat bagi kesembuhan penyakit batin.

Dari penjelasan tersebut tampak bahwa ada hubungan antara zikir dengan terapi. “Dzikir tampaknya merupakan cara yang terbaik untuk mengobati penyakit-penyakit rohaniah, termasuk juga penyakit kecanduan narkoba,” kata Solihin.

Adapun beberapa lafal zikir yang bersumber dari Alquran dan hadits di antaranya adalah kalimat tahmid, tasbih, takbir, tahlil, basmalah, istighfar, dan kalimat hauqalah. Dalam membaca dzikir tersebut, ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan.

Pertama, hendaknya dzikir diniatkan untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah SWT dengan tujuan mencari ridha, cinta makrifat-Nya. 

Kedua, dzikir tersebut sebaiknya dilakukan dalam keadaan memiliki wudhu. Ketiga, dilakukan pada tempat-tempat dan suasana yang menunjang kekhusyuan.   

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement