REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF) Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS meyakini berbagai inovasi kesehatan karya anak bangsa mampu mendukung program Pemerintah untuk mencapai kemandirian Nasional. Para inovator kesehatan dinilai mempunyai peran penting dalam mewujudkan ketahanan kesehatan bangsa.
"Karenanya, mereka membutuhkan ruang dan dukungan penuh pemerintah untuk lebih mengembangkan produk alat kesehatan dalam negeri," ujar Supriyantoro di sela-sela acara Grand Final Indonesia Healthcare Innovation Awards (IHIA) VI Tahun 2022 di Ballroom Djakarta Theater, Jakarta, seperti dalam siaran persnya, Kamis (24/11/2022).
Menurut Supriyantoro, seperti yang pernah disampaikan Menkes RI Budi Gunadi Sadikin bahwa sebanyak 88 persen alat kesehatan (alkes) yang beredar di Indonesia merupakan produk impor dari luar negeri. Sementara, produk buatan lokal hanya di angka 12 persen. "Hal ini perlu menjadi perhatian kita bersama,” jelas dia.
Supriyantoro menambahkan, seluruh stakeholder bidang kesehatan harus berkolaborasi untuk meningkatkan peran produsen alkes lokal untuk memenuhi alkes dalam negeri. Tingginya ketergantungan Indonesia pada produk alkes impor, lanjut dia, bukan saja tidak baik dari sisi ekonomi, tetapi juga pada ketahanan kesehatan bangsa.
Dalam hal inovasi teknologi di bidang kesehatan, Supriyantoro mengatakan, jika selama dua tahun terakhir, layanan kesehatan jarak jauh (telemedis) begitu pesat berkembang. Layanan kesehatan berbasis aplikasi tersebut, kata dia, banyak bermunculan dan menjadi sebuah kebiasaan baru masyarakat Indonesia.
“Kecerdasan buatan (artificial intelligence), big data analytics, internet of things, dan sederet teknologi digital lainnya membuka kesempatan-kesempatan baru dalam perbaikan kualitas dan peningkatan kecepatan layanan kesehatan di Indonesia dan ini harus didukung penuh,” kata Supriyantoro menegaskan.
Supriyantoro menyebut, pandemi Covid-19 menjadi pelajaran penting bagi Indonesia untuk benar-benar mewujudkan ketahanan kesehatan bangsa. Maka dari itu, lanjut dia, IndoHCF sebagai Corporate Social Responsibilty (CSR) PT IDS Medical Systems Indonesia (idsMED Indonesia), secara konsisten terus menggelar ajang bergengsi IHIA sejak tahun 2017.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, drg. Arianti Anaya, MKM dalam sambutannya mewakili Menkes RI mengatakan Indonesia membutuhkan banyak inovasi-inovasi di bidang kesehatan, bukan saja soal obat-obatan dan alat Kesehatan, tetapi juga dalam bentuk program termasuk juga mutu layanan. Karena itu, ia meminta agar IndoHCF turun lebih massif lagi untuk melakukan sosialisasi kepada para periset sehingga inovasi-inovasinya bisa terakomodasi dalam IndoHCF ini.
“Saya yakin masih banyak periset yang hasil inovasinya belum terakomodasi dalam IndoHCF ini. Dengan sosialisasi yang lebih massif lagi, mudah-mudahan tahun-tahun yang akan datang makin banyak lagi periset yang aware dan ikut dalam ajang IndoHCF,” kata Arianti.
Menurut Arianti, ajang IndoHCF bukan sekadar memberikan penghargaan kepada para periset yang inovasinya dinilai paling inovatif. Lebih dari itu ajang IndoHCF menjadi tempat bertemunya antara periset dan dunia industri sehingga membuka peluang hilirisasi dari hasil riset bidang kesehatan. Selain itu, hasil inovasi juga bisa diterapkan pada daerah-daerah lain. “Kita lihat bagaimana ABGC-nya bisa jalan, yakni academic, business, government, dan community,” tegasnya.
Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes RI mengakui banyak hasil inovasi dari periset yang tergabung dalam IndoHCF kini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebagai contoh adalah pembuatan ventilator. “Awalnya kita tidak bisa membuat ventilator, tetapi sejak pandemi banyak periset yang bermunculan dan mereka berhasil membuat ventilator. Sekarang tingkat kandungan dalam negeri ventilator kita sudah 90 hingga 100 persen. Artinya sudah 100 persen sudah bisa diproduksi sendiri,” jelasnya.