Selasa 29 Nov 2022 05:55 WIB

Aktivis: Perlindungan Masyarakat dari Bahaya BPA Perlu Diperkuat

Aktivis meminta BPOM untuk terus ingatkan masyarakat bahaya BPA

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
BPA Free. Ketua Harian Net Zero Waste Mangement Consortium Amalia S Bendang menyatakan berbagai publikasi ilmiah mutakhir menunjukkan berbagai dampak fatal akibat toksisitas BPA pada kelompok dewasa dan usia produktif, antara lain bisa mempengaruhi fertilitas, menyebabkan keguguran dan komplikasi persalinan, obesitas, dan berbagai penyakit metabolik
Foto: 123rf.com
BPA Free. Ketua Harian Net Zero Waste Mangement Consortium Amalia S Bendang menyatakan berbagai publikasi ilmiah mutakhir menunjukkan berbagai dampak fatal akibat toksisitas BPA pada kelompok dewasa dan usia produktif, antara lain bisa mempengaruhi fertilitas, menyebabkan keguguran dan komplikasi persalinan, obesitas, dan berbagai penyakit metabolik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan ini, masyarakat semakin akrab dengan istilah senyawa kimia Bisphenol A (BPA), berkat pemberitaan yang meluas di banyak media nasional.

Ketua Harian Net Zero Waste Mangement Consortium Amalia S Bendang menyatakan berbagai publikasi ilmiah mutakhir menunjukkan berbagai dampak fatal akibat toksisitas BPA pada kelompok dewasa dan usia produktif, antara lain bisa mempengaruhi fertilitas, menyebabkan keguguran dan komplikasi persalinan, obesitas, dan berbagai penyakit metabolik

“Dampak BPA pada kelompok usia anak-anak dapat menyebabkan depresif, ansietas, perilaku anak menjadi hiperaktif, emosional dan tidak stabil, dan kekerasan yang berpengaruh terhadap dopamine, serotonin, acetylcholine, dan thyroid,” katanya menjelaskan.

Menurut Amalia, BPA popular sebagai bahan kimia yang ditambahkan ke banyak produk komersial, termasuk wadah pangan untuk makanan dan minuman. Plastik yang mengandung campuran BPA biasanya digunakan sebagai wadah makanan, botol minuman atau botol susu bayi dan barang lainnya.

“BPA juga lazim digunakan untuk membuat resin epoxy yang dimanfaatkan sebagai lapisan dalam wadah makanan kaleng untuk menjaga agar logam tidak cepat berkarat,” katanya.

“Sebagai bahan kimia, BPA adalah material bahan berbahaya dan beracun (B3), karena sifat, konsentrasi atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan hidup dan kesehatan  manusia,” kata Amalia.

Sementara itu, aktivis Valencia Mieke Randa mengajak kepada masyarakat untuk memilih air minum yang aman dan sehat bagi keluarganya. Menurut Pencetus gerakan Blood For Life tersebut, ini adalah ajakan secara pribadi sebagai ibu yang peduli kepada kesehatan anak dan keluarga. Ia mencermati kebiasaan masyarakat saat ini yang luput dari penggunaan air minum  sehat, padahal air minum adalah hal yang paling esensial bagi manusia.

"Inilah pentingnya edukasi bagi masyarakat untuk semakin sadar akan pentingnya air minum yang paling esensial bagi kehidupan manusia, dan semakin kritis dalam memilih air minum yang akan dikonsumsi untuk keluarga, " katanya.

Ia juga menekankan agar masyarakat lebih teliti dan kritis dalam mencermati kebersihan dan keamanan air yang diminum sehari-hari. Utamanya dengan memastikan wadah makanan dan minuman yang digunakan  juga harus benar-benar aman dari bahan kimia berbahaya, seperti BPA.

"Sebagai ibu, saya tentu saja sangat peduli dengan segala hal yang berhubungan dengan Kesehatan,” katanya.

Valencia juga mengingatkan agar pemerintah dan juga organisasi seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI}  untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan  BPA dalam kemasan makanan dan minuman yang beredar di masyarakat.  Masyarakat luas juga perlu terus diedukasi, sehingga masyarakat jadi lebih tenang dan tahu memilih yang terbaik untuk keluarga. 

“Saya mendorong pemerintah untuk segera menerbitkan label BPA free dan sertifikasi BPOM,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement