Selasa 29 Nov 2022 15:42 WIB

Demonstran di China Tunjukkan Solidaritas untuk Uighur dan Protes di Iran

Pengunjuk rasa juga menyerukan kebebasan politik yang lebih besar.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Muhammad Hafil
Muslim Uighur dan aparat keamanan di Cina (ilustrasi)
Foto: AP
Muslim Uighur dan aparat keamanan di Cina (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING–Para pengunjuk rasa di China yang menentang penguncian Covid yang dinilai represif di negara itu berbagi pesan solidaritas dengan para demonstran di Iran. Dukungan dengan nyanyian juga ditujukan untuk populasi Muslim Uighur di China Utara.

“Kami tidak menginginkan kediktatoran. Kami ingin demokrasi. Kami tidak menginginkan seorang pemimpin. Kami ingin pemungutan suara. Kami berdiri bersama orang-orang Xinjiang. Kami berdiri bersama para wanita Iran,” teriak massa yang berkumpul di Shanghai dilansir dari The New Arab, Senin (28/11/2022).

Baca Juga

Kelompok hak asasi mengatakan lebih dari satu juta orang Uighur dan sebagian besar orang berbahasa Turki Muslim lainnya telah ditahan di kamp-kamp pengasingan di seluruh wilayah Barat Laut China, dengan penduduk ditekan untuk menghentikan kegiatan tradisional dan keagamaan.

Jalan-jalan di China tidak pernah menyaksikan sentimen yang begitu populer terhadap penderitaan Uighur, di mana protes sangat jarang terjadi. Pengguna situs media sosial China, Weibo, telah berbagi video dari seluruh negara terpadat di dunia, karena protes atas kebijakan COVID-19 yang membatasi telah menyebar ke pesan yang semakin luas.

“Kembalikan film, kami ingin kebebasan bioskop. Kami ingin kebebasan berekspresi. Kembalikan media, kembalikan jurnalisme kami,” teriak massa di Beijing.

Orang-orang turun ke jalan di kota-kota besar dan berkumpul di kampus universitas di seluruh China pada Ahad lalu untuk menyerukan diakhirinya penguncian dan kebebasan politik yang lebih besar, dalam gelombang protes yang tidak terlihat sejak demonstrasi pro-demokrasi pada tahun 1989 dihancurkan.

Kebakaran mematikan pekan lalu di Urumqi, ibu kota wilayah Xinjiang, China Barat Laut, menjadi pemicu kemarahan publik, dengan banyak yang menyalahkan penguncian Covid karena menghambat upaya penyelamatan.

Tetapi pengunjuk rasa juga menyerukan kebebasan politik yang lebih besar, bahkan ada yang menuntut pengunduran diri Presiden China Xi Jinping, yang baru-baru ini diangkat kembali untuk masa jabatan ketiga yang bersejarah sebagai pemimpin negara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement