REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Para pemimpin Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada Selasa (29/11/2022) memperingatkan dampak negatif deglobalisasi bagi ekonomi global, sebaliknya mendorong langkah-langkah cerdas untuk mendiversifikasi rantai pasokan.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, berbicara setelah pertemuan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, mengatakan globalisasi menghadapi tantangan terbesarnya sejak Perang Dunia Kedua setelah pandemi Covid-19 dan perang Rusia di Ukraina.
"Tapi jangan buang bayinya bersama air mandinya," katanya. "Jangan menghentikan perdagangan yang membuat kita semua lebih baik."
Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala, berbicara pada konferensi pers yang sama, menggemakan pandangan itu, mencatat perkiraan WTO bahwa memecah ekonomi global menjadi dua blok perdagangan akan mengurangi produk domestik bruto global sebesar 5,0 persen dalam jangka panjang.
"Mundur dari perdagangan, menjadi proteksionis akan membuat lebih sulit - bukan lebih mudah - untuk menyelesaikan masalah yang kita miliki sekarang," kata Okonjo-Iweala. "Proteksionisme, decoupling, fragmentasi sangat mengganggu dan akan sangat mahal."
Baik Okonjo-Iweala maupun Georgieva mengatakan bahwa dampak deglobalisasi dan fragmentasi akan berdampak paling parah pada negara berkembang dan pasar negara berkembang. Dampak terhadap produk domestik bruto (PDB) di negara-negara tersebut akan mencapai dua digit, kata ketua WTO.
Okonjo-Iweala menyerukan langkah untuk mendekonsentrasikan manufaktur dengan cara yang cerdas dan memperingatkan agar tidak terlalu mengandalkan "menopang teman".
"Siapa itu teman? Seorang teman hari ini mungkin menjadi sangat tidak ramah besok," katanya.
Georgieva mengatakan pertumbuhan melambat di Amerika Serikat dan China, dua ekonomi terbesar dunia. Dia mengatakan data menunjukkan pertumbuhan global yang lebih rendah tahun depan daripada tingkat 2,7 persen yang diproyeksikan IMF pada pertengahan Oktober.
"Sentimen bisnis dan konsumen menunjukkan pelemahan aktivitas di kuartal keempat tahun ini dan berlanjut ke arah yang sama di tahun 2023," katanya.
Sekitar sepertiga dari ekonomi dunia - dan sekitar setengah dari Uni Eropa - akan meluncur dalam resesi pada tahun 2023, katanya, menambahkan bahwa inflasi sekarang diproyeksikan akan bertahan lebih lama, meskipun secara bertahap dapat turun menjadi sekitar 6,5 persen tahun depan.