Ahad 11 Dec 2022 20:30 WIB

Gempa Bisa Sebabkan Stres dan Trauma

Orang disebut trauma jika dampak psikis masih ada satu bulan dari kejadian gempa.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Foto udara rumah yang hancur akibat gempa dan longsor yang terjadi di kawasan Cijendil, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Foto udara rumah yang hancur akibat gempa dan longsor yang terjadi di kawasan Cijendil, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain dapat membuat cedera fisik, gempa atau bencana alam juga dapat memberikan dampak secara psikis. Praktisi psikolog keluarga Nuzulia Rahma Tristinarum mengungkapkan dampak psikis bencana dapat berupa stres, stres akut, dan trauma.

"Kita dapat mengatakan sebagai trauma jika dampak psikis tersebut masih ada atau muncul, setelah satu bulan dari waktu bencana. Jika kurang dari satu bulan waktu bencana, belum dapat dikatakan sebagai trauma," ujar perempuan yang akrab disapa Lia kepada Republika.co.id, Sabtu (10/12/2022).

Baca Juga

Lia yang juga berprofesi sebagai penulis, trainer, dan konselor ini menjelaskan dampak psikis dari kejadian gempa dapat berupa stres akut. Penderitanya bisa mengalami panik, cemas, marah, rasa tak berdaya, sulit konsentrasi, mudah tersinggung, mudah kaget, gelisah, kebingungan, dan juga bengong.

Dampak psikis berupa trauma di antaranya adalah mengalami kondisi blank, tidak dapat mengingat apa yang terjadi, flashback, mimpi buruk, dan berusaha keras menghindari ingatan mengenai pengalaman traumatis. Mereka juga tidak dapat merasakan emosi apapun, merasa kosong, serangan panik, kemarahan luar biasa, tidak dapat berdiam diri, dan kecemasan berlebihan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement