REPUBLIKA.CO.ID, BEIING -- Otoritas kesehatan di China mulai Ahad (25/12/2022) tidak lagi menyiarkan data terbaru kasus Covid-19. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (CDC) China akan merilis berbagai hal terkait Covid-19 untuk kepentingan penelitian dan pengayaan referensi. Demikian disampaikan Komisi Kesehatan Nasional China (NHC).
Keputusan untuk menghentikan publikasi data Covid-19 muncul di tengah keraguan tentang keandalan data yang dikeluarkan otoritas China ketika jumlah kasus melonjak setelah pembatasan-pembatasan ketat tiba-tiba diperlonggar.
Sementara itu, beberapa foto hasil CT scan pasien Covid-19 di Kota Beijing dan Provinsi Hebei menjadi viral di sejumlah media sosial China sejak Sabtu (24/12). Foto-foto itu menunjukkan adanya bercak putih pada paru-paru pasien.
Beberapa unggahan mengatakan bahwa bercak putih itu bukan disebabkan oleh varian Omicron, tetapi varian asli yang terdeteksi di Wuhan. Foto-foto itu memicu kekhawatiran dan kepanikan di tengah masyarakat.
Beberapa pakar kesehatan berupaya menenangkan publik dengan menyatakan bahwa bercak putih pada paru-paru sebagai gejala normal bagi pasien COVID-19 yang parah.
Menurut penelitian terhadap beberapa kasus COVID-19, salah satu hasil pemindaian CT adalah munculnya ground glass opacity (GGO), kondisi abnormal pada paru-paru yang ditandai dengan area berwarna putih atau abu-abu.
Dalam kondisi normal, hasil CT scan paru-paru tampak berwarna hitam. Otoritas kesehatan di Beijing mengatakan bahwa lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi sejak November didominasi oleh subvarian BF.7.
Rumah sakit dan klinik kesehatan di Beijing masih tertekan oleh meningkatnya kasus penularan subvarian baru dari Omicron tersebut.