Jumat 30 Dec 2022 05:28 WIB

Peduli Lingkungan dan Siap Menyongsong Ekosistem Baterai Lithium

Vale akan memulai proses suatu transformasi energi di Indonesia.

Rep: Erik PP/ Red: Erik Purnama Putra
PT Vale Indonesia memanfaatkan aliran sungai menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Luwu Timur untuk mendukung operasional pertambangan nikel.
Foto: Dok Vale
PT Vale Indonesia memanfaatkan aliran sungai menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Luwu Timur untuk mendukung operasional pertambangan nikel.

REPUBLIKA.CO.ID, Sangat jarang diketahui jika semanjak beroperasi pada medio 1968, PT Vale Indonesia Tbk terus menjaga komitmen kepada pemerintah Indonesia. Hal itu ditandai sejak lebih lima dekade, perusahaan dengan emiten INCO ini selalu mengolah lebih dulu hasil tambang, sebelum dilepas ke pasar ekspor untuk memberi nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.

"Sejak berdiri, PT Vale tidak pernah mengekspor bijih nikel. Hal itu karena komitmen kontrak karya kami tidak boleh mengekspor biji mentah. Jadi seluruh biji nikel harus diolah di dalam negeri," kata CEO PT Vale Indonesia, Febriany Eddy ketika mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Senayan, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Selain komitmen memberi manfaat bagi perekonomian Indonesia, Vale juga juga menjaga kepercayaan dengan terus melestarikan lingkungan sekitar. Hal itu dibuktikan dengan kejernihan Danau Matano yang berada di Blok Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) yang masih terjaga sampai sekarang.

Padahal, danau tersebut lokasinya di kelilingi area tambang. Kenyataannya, ekosistem di dalamnya tidak terganggu sama sekali dengan kehadiran Vale yang sudah beroperasi lebih setengah abad. Ikan-ikan di danau juga tidak pernah mati keracunan, yang menandakan aktivitas pertambangan tidak harus mengorbankan alam sekitarnya.

"Kualitas air terjaga dan jernih, area tambang kami berdekatan dengan danau. Semoga ini komitmen ini tak luntur dan bisa dipertahankan," kata Febriany. Dia menuturkan, perseroan yang sekarang sahamnya 20 persen dimiliki holding pertambangan BUMN, MIND ID tersebut juga menggunakan lamella gravity settler (LGS) sebagai solusi mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.

Dengan menggunakan LGS yang merupakan hasil kolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak beberapa tahun lalu, Vale berhasil menggunakan teknologi terkini untuk mengurangi beban cemaran air limpasan tambang. Sehingga sebelum air kembali mengalir menuju danau maka kualitasnya sudah memenuhi standar baku mutu.

Vale memiliki 100 titik compiler pengambilan sampel untuk menjamin tidak ada pencemaran air yang diakibatkan hasil proses pertambangan. Hal itu juga didukung torehan predikat Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2021.

Dengan pemantauan ketat yang diberlakukan perusahaan, konsekuensinya ekosistem di dalam danau tidak terganggu sama sekali dan kegiatan produksi nikel dapat terus berjalan. "Teknologi (LGS) ini diterapkan untuk penjernihan air bahan baku air minum. Setelah kita yakinkan bersih, baku mutu tercipta, baru air bisa kita lepas ke danau," kata Febriany.

Tidak berhenti sampai di situ. Vale juga memiliki program reklamasi di area tambang yang sudah selesai, dengan melakukan penghijauan kembali. Menurut Febriany, eks lokasi tambang dikembalikan seperti semula dengan ditanami bibit hingga beberapa wilayah malah rimbun bagaikan hutan. "Kita ada program selesai tambang, ada beberapa jadi hutan dan biodiversiti menjadi aslinya," kata Febriany.

Demi mendukung program pemerintah dalam merealisasikan net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih awal, Vale juga terus berbenah secara internal. Perusahaan bahkan mempelopori dengan menggunakan mobil listrik dan truk berbasis baterai di area pertambangan.

Lagi-lagi, kebijakan itu diambil sebagai bukti keberpihakan perusahaan yang ingin mengurangi gas buang dalam praktik pertambangan demi kelestarian lingkungan. "Kita mobil listrik pertama dan truk, kita scale up semua nanti listrik yang jalan, (target) karbon emisi yang turun 75,8 ton," ujar Febriany.

Menyambut Blok Pomalaa

Setelah menggarap Blok Soroako, Vale juga memiliki konsesi di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra). Vale pun menggandeng Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd (Huayou) dengan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Blok Pomalaa pada 27 November 2022.

Proyek yang nantinya beroperasi di bawah kendali PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI) ini ditargetkan mencapai penyelesaian mekanik pada akhir 2025. Febriany menganggap, peresmian pembangunan proyek tersebut merupakan hari bersejarah bukan saja bagi perseroan, melainkan juga Indonesia dan dunia.

Hal itu karena Vale akan memulai proses suatu transformasi energi di Indonesia. Satu terobosan yang dicanangkan perusahaan adalah tidak lagi menggunakan pembangkit listrik berbahan batu bara untuk proyek di Pomalaa. Hal itu semakin menahbiskan keseriusan Vale memperluas operasinya secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, serta mendukung energi terbarukan.

"PT Vale berkomitmen untuk berkontribusi dalam transisi energi di Indonesia untuk mencapai net zero target Indonesia, di mana salah satunya menghasilkan produk nikel berkualitas dan memperluas ekspansi produk nikel kita secara bertanggung jawab dan berkelanjutan," kata Febriany di acara groundbreaking.

Dia menyampaikan, Vale percaya dengan tagline 'how we mind is more important that what we mind'. Karena itu, perusahaan ingin agar kandungan nikel yang diproses bisa memberi manfaat bagi perekonomian daerah sekitar dan nasional. Dia memperkirakan, kapasitas produksi Blok Pomalaa nantinya mencapai 120 ribu ton per tahun nikel mixed hydroxide precipitate (MHP).

Proyek yang dikerjakan sanggup menyerap 12 ribu tenaga kerja. Febriany menekankan, pembangunan Blok Pomalaa yang masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi Rp 67,65 triliun tersebut merupakan bentuk kontribusi Vale dalam menyongsong ekosistem elektrifikasi Indonesia.

"Ini pabrik terbesar. Proyek kami tidak semata investasi saja, kami memastikan bahwa seluruh kegiatan operasi di bawah operasi PT Vale merupakan investasi bertanggung jawab dan patuh kepada prinsip berkelanjutan. Pabrik ini mengadopsi teknologi HPAL (high pressure acid leach) dari Huayou, pengalihdayaan pekerja Indonesia, seperti yang kami terapkan di Luwu Timur," ujar Febryani.

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menerangkan, pembangunan di Blok Pomalaa adalah sebuah upaya menciptakan ekosistem baterai lithium pada masa akan datang. Dia mengapresiasi rekam jejak Vale yang sudah puluhan tahun mengolah tambang dengan tetap memperhatikan lingkungan sekitarnya tetap terjaga.

Luhut pun ingin agar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) bisa menjadikan area tambang di Vale sebagai rujukan nasional. Hal itu karena ia sudah berkeliling dan menyaksikan sendiri bagaimana kepedulian perusahaan dalam melakukan kegiatan pertambangan untuk mendukung perekonomian Indonesia.

Namun, Vale di sisi lain, juga menjaga lingkungan tetap lestari. "Vale Indonesia is world class. Lingkungannya diperhatikan betul, Vale menjadi model penanganan lingkungan. Kita tunjukkan dunia, bangsa ini bangsa besar, bisa ngatur dirinya. Kita tahu apa yang kita lakukan," kata Luhut di lokasi yang sama.

Dia menyampaikan, Indonesia memiliki kandungan mineral yang dibutuhkan dunia. Hal itu menjadi modal penting untuk negoisasi dengan investor dunia. Karena itu, ia tidak ingin pembangunan Blok Pomalaa yang masuk PSN terhambat masalah perizinan.

Dia pun yakin, nantinya Indonesia bakal menjadi negara berpengaruh dan pemain utama ketika produksi baterai lithium yang dirintis Vale untuk kendaraan listrik sudah tersedia. Jika Indonesia bisa memproduksi baterai untuk kendaraan listrik, ia memprediksi, hal itu dapat memberi nilai tambah luar biasa bagi perekonomian Indonesia.

"Teknologi berkembang HPAL terbesar di dunia ada di Indonesia, orang tak bisa buat litihium baterai tanpa HPAL ini. Jadi HPAL ini membuat ekosistem yang penting bagi Indonesia," jelas Luhut.

CEO Vale Brasil, Eduardo Bartolomeo mengakui, dimulainya pembangunan Blok Pomalaa merupakan batu loncatan besar yang memposisikan Vale dan Indonesia untuk memasok sumber nikel yang berkelanjutan dan bertanggung jawab jauh ke masa depan. Pihaknya yakin, Indonesia nantinya, memiliki peran penting dalam megatren elektrifikasi dan dekarbonisasi global.

"Dengan potensi untuk menjadi produsen nikel paling berkelanjutan di Asia dengan standar ESG (environmental, social, governance). Kami berkomitmen untuk berperan aktif dalam perjalanan ini," ucap Eduardo.

Chairman Zhejiang Huayou Cobalt co, Chen Xuehua mengatakan, proyek yang dikerjakan di Pomalaa bakal menggunakan teknologi paling unggul di dunia. Dengan begitu, kerja sama antara Vale dan Huayou bisa merealisasikan proyek rendah karbon dan hijau. Dia menegaskan, Houyou berkomitmen menerapkan standar tinggi untuk proses pembangunan nikel di Indonesia dan menggunakan energi terbarukan.

"Blok HPAL Pomalaa ditargetkan menghasilkan produk bernama MHP, yang dapat diproses lebih lanjut menjadi material yang sesuai untuk baterai EV (kendaraan listrik). Blok HPAL Pomalaa dan produk-produknya diharapkan dapat terus mewujudkan komitmen PT Vale Indonesia untuk berkontribusi dalam elektrifikasi global dan inisiatif berkarbonasi," ujar Chen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement