REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Media pemerintah Korea Utara melaporkan pemimpin Kim Jong-un memecat Pak Jong Chon. Orang kedua paling berpengaruh di militer setelah Kim Jong Un.
Pak merupakan wakil ketua dewan Komisi Militer Pusat Partai Buruh dan sekretaris Komite Pusat partai. Pada Senin (2/1/2023) KCNA melaporkan pertemuan tahunan komite pekan lalu ia digantikan Ri Yong Gil.
Tidak ada alasan mengapa perubahan dilakukan. Pyongyang melakukan restrukturisasi pemimpin dengan teratur dan pertemuan partai setiap tahun kerap digunakan untuk mengumumkan perubahan kepemimpinan dan keputusan kebijakan besar.
Tayangan di stasiun televisi Korut menunjukkan Pak duduk di barisan depan podium dengan kepala tertunduk selama pertemuan itu. Sementara anggota komite lainnya mengangkat tangan untuk memberikan suara soal struktur kepemimpinan. Kursinya kemudian terlihat kosong.
Ia juga tidak ada tampak dalam foto kunjungan tahunan Kim ke Kumsusan Palace of the Sun tempat ayah dan kakeknya disemayamkan. Pak menemani Kim dalam kunjungan ke makam itu pada bulan Oktober lalu.
Komisi Militer Pusat yang diketuai Kim langsung dinilai sebagai lembaga pembuat keputusan militer paling berpengaruh di Korut. Lembaga itu di atas Kementerian Pertahanan.
Perubahan struktur kepemimpinannya dilakukan saat Kim mendorong pengembangan rudal balistik dan senjata nuklir untuk menghadapi Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel).
Karir Pak melesat dengan cepat di tangga militer mulai dari komandan bintang satu pada tahun 2015 menjadi jenderal bintang empat pada tahun 2020. Ia dianggap berkontribusi pada kemajuan rudal balistik jarak pendek Korut.
Pada akhir 2020 Pak dipromosikan ke politbiro dan mendapat gelar Marshal, pangkat tertinggi militer di bawah Kim. Pada bulan November lalu ia salah satu suara paling lantang mengkritik latihan militer gabungan AS-Korsel.
Seperti sebagian besar petinggi militer Korut ia mengalami masa naik-turun di bawah kepemimpinan Kim. Pada pertengahan 2021 lalu ia sempat diturunkan pangkatnya setelah Kim menegur beberapa pejabat dalam kebijakan anti-virus korona, ia dipromosikan lagi beberapa bulan kemudian.
Pemecatan Pak dilakukan meski Kim memuji kemajuan pengembangan senjata di pertemuan tahunan. Dalam pertemuan itu Kim mengkritik bidang lainnya dan meminta perbaikan.
Peneliti dari Korea Institute for National Unification Oh Gyeong-sup mengatakan ketegangan antar dua negara Korea yang semakin memanas baru-baru ini karena masuknya drone Korut ke Korsel turut memainkan peran dalam pemecatan Pak.
"Pak mungkin bertanggung jawab atas kegagalan operasi keamanan," kata Oh.
Pada akhir pekan lalu pemerintah Korsel mengatakan mereka mengirimkan tiga drone ke perbatasan untuk merespon aksi Korut. Tapi tidak ada respon dari Pyongyang mengenai hal itu.
Ri yang menggantikan Pak juga merupakan komandan militer senior yang memiliki posisi penting. Ia Kepala Staf Jenderal Angkatan Darat dan Menteri Pertahanan.