REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kevin McCarthy dari Partai Republik terpilih sebagai ketua House of Representative Amerika Serikat (AS) Sabtu (7/1/2023). Ia berhasil membuat konsesi dengan kelompok sayap keras yang menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan Partai Republik memerintah.
Anggota House dari California itu terpaksa menerima penghinaan terakhir ketika anggota House Matt Gaetz menahan suaranya dalam pemungutan suara ke-14. Hal itu memicu perkelahian dengan anggota House lainnya Mike Rogers.
Kemenangan McCarthy dalam pemungutan suara ke-15 mengakhiri disfungsi Kongres terburuk dalam 160 tahun. Tapi memberi gambaran tantangan yang ia hadapi dalam memimpin House yang sangat terpolarisasi.
Ia menang dengan perbandingan suara 216-212. Ia dapat terpilih dengan suara kurang dari setengah anggota House karena enam anggota partainya sendiri menahan suara mereka. Para anggota legislatif AS itu tidak mendukung McCarthy sebagai ketua tapi juga tidak memilih kandidat lain.
Saat ia memegang palu Kongres untuk pertama kalinya McCarthy mengakhiri dominasi pemerintahan Partai Demokrat Presiden Joe Biden di dua majelis legislatif.
"Sistem kami dibangun pada keseimbangan dan pemeriksaan (checks and balances), ini waktunya bagi kami untuknya bagi kami untuk memeriksa dan memberikan keseimbangan pada kebijakan presiden," kata McCarthy dalam pidato pelantikannya.
Ia menjabarkan berbagai prioritas mulai dari memangkas anggaran imigrasi, sampai memerangi persaingan budaya. McCarthy menang setelah menyetujui tuntutan anggota garis keras Partai Republik yakni semua anggota legislatif dapat memintanya untuk mundur kapan pun.
Hal ini akan memangkas wewenangnya saat ia mencoba meloloskan legislasi pada isu penting seperti anggaran pemerintah, plafon utang negara dan isu lain yang mungkin akan muncul. Performa Partai Republik dalam pemilu sela bulan November lalu lebih lemah dibanding yang diprediksi.
Partai Republik menguasai House dengan perbandingan suara 222-212. Hal ini memberi kekuasaan yang lebih besar pada kelompok sayap kanan garis keras Partai Republik yang menolak kepemimpinan McCarthy.
Konsesi dengan sayap-kanan garis keras termasuk pemotongan anggaran dan pemangkasan wewenang McCarthy lainnya dapat memunculkan turbulensi beberapa bulan ke depan. Terutama saat Kongres perlu menandatangani peningkatan pinjaman AS sebesar 31,4 triliun dolar AS.
Beberapa dekade terakhir Partai Republik berulang kali menutup sebagian besar layanan pemerintah dan mendorong peminjam terbesar di dunia itu ke ambang tidak bisa membayar utang tapi biasanya mereka gagal.
Beberapa kelompok sayap kanan mempertanyakan kesediaan McCarthy untuk terlibat dalam kecerobohan seperti itu ketika bernegosiasi dengan Presiden Joe Biden terutama saat Partai Demokrat masih menguasai Senat. Kelompok itu marah saat Senat yang dipimpin politisi senior Partai Republik Mitch McConnell berkompromi dengan pemerintah.
Para anggota garis keras seperti Ketua Freedom Caucus Scott Perry dan Chip Roy mengatakan konsesi yang mereka buat dengan McCarthy akan memudahkan mereka untuk mengejar taktik itu tahun ini. Jika tidak mereka akan memaksa McCarthy menggelar pemungutan suara.
"Anda harus mengubah bagaimana kami akan menghabiskan anggara dan mealokasikan dana yang akan bersejarah," kata Perry.
"Kami tidak ingin plafon utang bersih berlalu begitu saja dan terus membayar tagihan tanpa ada upaya untuk mengendalikan pengeluaran ketika Demokrat menguasai Gedung Putih dan Senat," tambahnya.
Salah satu anggota Partai Demokrat, Senator Chuck Schumer memperingatkan McCarthy. Menurutnya konsesi itu akan menghantui McCarthy.
"Konsesi Kevin McCarthy dengan para ekstrimis di partainya yang memungkinkan Partai Republik sayap MAGA menguasai House menyebabkan layanan pemerintah tutup atau mengalami kegagalan yang konsekuensinya sangat buruk bagi negara kami," kata Schumer dalam pernyataanya.