REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bau mulut atau halitosis bisa mengganggu kepercayaan diri saat harus berkomunikasi dengan orang lain. Kabar baiknya, bau mulut bisa diredam dengan probiotik atau bakteri baik yang dapat ditemukan dalam berbagai makanan-makanan fermentasi.
Yang termasuk makanan probiotik di antaranya yogurt, tempe, kimchi, dan natto. Peran probiotik dalam mengatasi bau mulut diungkapkan melalui sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal BMJ Open. Berdasarkan studi, tim peneliti mengungkapkan bahwa bakteri yang dapat membantu mengatasi bau mulut adalah Lactobacillus salivarius, Lactobacillus reuteri, Streptococcus salivarius, dan Weissella cibaria.
Tim peneliti mengungkapkan, senyawa sulfur volatil merupakan penyebab utama munculnya masalah bau mulut. Senyawa ini diproduksi oleh bakteri di mulut sebagai hasil dari pencampuran antara bakteri dan sisa makanan. Sisa makanan ini biasanya berkaitan dengan kondisi gusi dan kebersihan gigi yang buruk.
Sejauh ini, ada empat hal yang bisa dilakukan untuk meredakan bau mulut. Keempat hal tersebut adalah berkumur dengan mouthwash, mengunyah permen karet, melakukan scaling gigi, serta menyikat lidah.
Bakteri probiotik juga berpotensi dapat menjadi alternatif penghilang bau mulut yang lebih sederhana. Untuk membuktikan hal ini, tim peneliti melakukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan 278 orang partisipan dari tujuh uji klinis berbeda.
Selama studi berlangsung, tingkat keparahan bau mulut para partisipan diukur dengan kadar senyawa sulfur volatil yang terdeteksi di dalam mulut partisipan atau dengan skor OLP. Skor OLP digunakan untuk mengukur bau mulut dalam jarak yang berbeda-beda dari posisi mulut.
Hasil studi menunjukkan, pemberian probiotik tampak menurunkan skor OLP partisipan secara signifikan. Selain itu, partisipan yang mendapatkan probiotik juga memiliki kadar senyawa sulfur volatil yang lebih rendah, akan tetapi efek ini hanya bertahan maksimal empat pekan.
Di sisi lain, probiotik tampak tak memberikan efek terhadap skor tongue coating atau indeks plak pada para partisipan. Skor tongue coating memberikan gambaran mengenai kondisi kebersihan lidah, sedangkan indeks plak memberikan gambaran mengenai plak yang menumpuk pada gigi.
Dari studi ini, tim peneliti menemukan bahwa probiotik bisa menghambat dekomposisi asam amino dan protein yang dihasilkan oleh bakteri anaerob di dalam mulut. Hal ini dinilai dapat menekan produksi produk sampingan berbau dari bakteri yang memicu bau mulut.
Namun, perlu diketahui bahwa jumlah partisipan dalam studi ini terbilang kecil dan sebagian uji klinis tak memiliki data yang lengkap. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan peran probiotik dalam mengatasi bau mulut.
"Ulasan sistemik dan meta analisis ini mengindikasikan bahwa probiotik bisa mengurangi halitosis dengan menurunkan kadar konsentrasi (senyawa sulfur volatil) dalam jangka pendek, tetapi tak ada efek signifikan terhadap penyebab utama halitosis seperti plak atau tongue coating," kata tim peneliti, seperti dilansir TheStar, baru-baru ini.