Selasa 10 Jan 2023 22:32 WIB

Kasus Pencabulan Santriwati di Pesantren Jember, KH Masyhuril: Oknum Pengasuh Lupa Diri

Enam orang santriwati jadi korban pencabulan oknum pengasuh pesantren di Jember.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Kasus Pencabulan Santri di Pesantren Jember, KH Masyhuril: Oknum Pengasuh Lupa Diri. Foto ilustrasi: Pelecehan seksual anak (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kasus Pencabulan Santri di Pesantren Jember, KH Masyhuril: Oknum Pengasuh Lupa Diri. Foto ilustrasi: Pelecehan seksual anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PDPAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Masyhuril Khamis, menanggapi maraknya kasus pencabulan yang menyasar anak-anak dan santri perempuan. Kiai Masyhuril sangat prihatin dengan kondisi rusaknya akhlak dan moral pada diri oknum pelaku pencabulan.

"Tentu sangat prihatin akan kondisi ini, rusaknya akhlak oknum yang menamakan dirinya 'ustaz' ini gambaran betapa nafsu syahwat sudah menjadikan diri mereka lupa diri," kata Kiai Masyhuril kepada Republika, Selasa (10/1/2023)

Baca Juga

Kiai Masyhuril mengatakan, mungkin sekarang setan berkata bahwa mereka sudah memiliki banyak teman. Artinya nilai-nilai akidah, nilai-nilai akhlak sudah pupus dalam diri oknum ustaz yang melakukan pencabulan.

Kiai Masyhuril yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah mengatakan, mungkin para oknum ustaz menduga apa yang mereka lakukan tidak akan terbongkar. Mereka lupa ada Allah Yang Maha Mengetahui.

Jadi fenomena (maraknya pencabulan) ini bisa jadi karena yang bersangkutan banyak berkhayal, menonton film yang jorok atau juga karena faktor hubungan dengan keluarga (isteri) kurang harmonis atau karena terlalu dekatnya murid dengan guru-gurunya," ujar Kiai Masyhuril.

Sebelumnya, diberitakan adanya dugaan pencabulan di pondok pesantren di Jember, Jawa Timur. Ada enam santri perempuan yang diduga menjadi korban pencabulan pengasuh pondok pesantren.

Sementara di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, diberitakan ada 21 anak diduga menjadi korban pencabulan yang dilakukan guru les rebana.

Kasus lainnya, di Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung, Reskrim Polres Lampung mulai mengusut kasus dugaan pencabulan anak di bawah umur di sebuah Pondok Pesantren.

Kiai Masyhuril menyarankan agar anak-anak yang melakukan belajar privat didampingi. Para orang tua juga diingatkan agar lebih teliti memilih pondok pesantren untuk anak-anak mereka.

"Saran kami dampingi anak-anak ketika belajar privat, sedangkan untuk kasus (pencabulan) di pondok pesantren tentunya para orang tua harus lebih selektif memilih lembaga pesantren yang menjadi penitipan anaknya, sembari seringlah berkomunikasi dengan anak atas kondisi yang mereka dapati di tempat belajarnya," ujar Kiai Masyhuril.

Kepada aparat hukum, Kiai Masyhuril menyarankan agar mereka lebih sering melakukan sosialisasi kepada pihak-pihak terkait untuk saling mengingatkan agar potensi-potensi yang berpeluang terjadinya pencabulan tidak terjadi.

"Sedangkan jika sudah terjadi (pencabulan) tentu aparat harus lebih tegas, tidak bertele-tele karena sungkan atau hal lain, sebab kasus-kasus (pencabulan) seperti ini telah mencoreng lembaga agama yang sangat suci dan sakral," jelasnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement