REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mungkin terbiasa menaburkan garam tambahan ke dalam makanan yang akan mereka santap. Meski bisa membuat masakan terasa lebih sedap, kebiasaan ini ternyata dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan kardiovaskular seperti penyakit jantung.
Hubungan antara kebiasaan menambah garam ke dalam makanan dengan risiko penyakit jantung ini diungkapkan dalam studi terbaru di Journal of the American College of Cardiology. Studi ini memantau kebiasaan makan dari 176.570 orang partisipan yang hidup di Inggris.
Saat studi dimulai, seluruh partisipan tak memiliki penyakit kardiovaskular. Namun 11 tahun kemudian, beberapa masalah kardiovaskular ditemukan pada para partisipan yang memiliki kebiasaan menaburkan garam tambahan pada makanan yang sudah matang.
Di antara seluruh partisipan, ditemukan 9.963 kasus kejadian kardiovaskular. Selain itu, ditemukan pula 2.007 kasus strok, 2.269 kejadian gagal jantung, dan 6.693 kasus penyakit jantung iskemik atau penyakit jantung koroner.
Sebaliknya, tim peneliti juga menemukan bahwa risiko penyakit kardiovaskular tampak lebih rendah pada partisipan yang jarang menambahkan garam ekstra ke dalam makanan yang sudah masak atau pada para partisipan yang menerapkan diet mirip seperti diet DASH. Sedangkan risiko penyakit kardiovaskular paling rendah ditemukan pada partisipan yang hampir tak pernah menambahkan garam ekstra ke dalam makanan mereka sekaligus menerapkan diet mirip seperti diet DASH.
Diet DASH adalah pengaturan pola makan yang dirancang untuk mencegah atau mengelola hipertensi. Diet DASH lebih berfokus pada makanan yang tinggi kalsium, magnesium, serta kalium. Diet ini juga meminimalisir asupan lemak jenuh, gula tambahan, dan sodium. Mengacu pada Mayo Clinic, diet DASH membatasi asupan sodium menjadi sekitar 2.300 mg per hari.
Sodium sebanyak 2.300 mg mungkin terkesan banyak. Padahal dalam bentuk garam, jumlah tersebut setara dengan satu sendok teh garam per hari.
Sebagai tambahan, tim peneliti mengungkapkan bahwa kebiasaan menambahkan garam ke dalam masakan matang tampak tak berhubungan dengan kejadian strok. Namun, kebiasaan ini memiliki keterkaitan yang erat dengan beragam masalah jantung seperti gagal jantung atau penyakit jantung iskemik.
"Ketika pasien mengombinasikan diet DASH dengan frekuensi menambahkan garam ekstra (pada makanan matang) yang lebih rendah, mereka memiliki risiko penyakit jantung paling rendah," jelas peneliti dan profesor di School of Public Health and Tropical Medicine di Tulane University seperti dilansir Eat This Not That, Selasa (10/1/2023).
Dari temuan ini, diketahui bahwa orang-orang tak perlu mengeliminasi garam sepenuhnya saat memasak makanan. Yang perlu mereka lakukan adalah menghindari kebiasaan menambah garam ekstra ke dalam makanan yang sudah dimasak.
Namun, perlu diingat pula ada beberapa makanan yang tanpa disadari mengandung garam atau sodium dalam jumlah yang tinggi. Beberapa makanan tersebut adalah makanan siap ultra proses, makanan siap saji, dan makanan instan. Makanan-makanan seperti ini juga tetap perlu dibatasi konsumsinya agar asupan garam dalam keseharian tak menjadi berlebihan.
Sebelumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat (AS) kerap mengimbau masyarakat untuk tak mengonsumsi garam secara berlebih. Kebiasaan mengonsumsi garam dalam jumlah tinggi bisa meningkatkan tekanan darah. Bila hipertensi terjadi, risiko dari beragam masalah kesehatan yang lebih berat seperti strok atau penyakit jantung akan meningkat.
Baca juga : Minum 1 Liter Air di Pesawat, Penumpang Ini Diprotes, Apa yang Terjadi?