REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berhubungan seksual sebelum waktunya, apalagi saat masih di bawah umur, memiliki banyak dampak degatif. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RSIA Brawijaya Antasari, Dinda Derdameisya, mengatakan, dampak tersebut di antaranya infeksi menular seksual (IMS), gangguan psikis, hingga kehamilan.
"Kalau tidak mengerti berhubungan bisa sebabkan kehamilan, itu banyak sekali dampak negatifnya," ujarnya kepada Republika.co.id, Sabtu (14/1/2023).
Dia menyebut, kehamilan pada usia remaja juga memiliki risiko yang tak sedikit di antaranya yakni risiko infeksi dan persalinan prematur. Belum lagi masalah psikis, apakah anak ini siap secara finansial atau ekonomi, beban memiliki anak, juga emosinya.
"Persalinan anak remaja rentan terjadi infeksi, persalinan prematur, risiko per eklampsia juga bisa," tambahnya.
Belum lagi masalah nutrisi. Anak usia remaja belum paham mengenai nutrisi ibu hamil. Dr Dinda sangat miris memikirkan apakah anak ABG yang hamil paham akan kebutuhan nutrisi yang baik untuk masa depan anak-anaknya.
"Ngerti enggak sih anak ini kalau hamil jangan sampai anemia, makannya mesti bagus, bukan makan banyak tapi makan yang berkualitas," ujarnya.
Makan berkualitas pada ibu hamil penting karena akan berdampak untuk ibu dan janinnya. Tak hanya itu, setelah melahirkan pun muncul masalah lain. Utamanya, masalah baby blues di mana orang dewasa yang sudah di atas 30 tahun saja banyak yang mengalami. Ditambah lagi kurang tidur, belum lagi faktor ekonomi, kecapekan, dan lainnya yang dapat memicu baby blues.
"Itu sudah pasti banyak sekali dampak negatifnya. Kalau dipikirkan juga lebih ke generasi mendatang, gimana generasi mendatang berasal dari minim pengetahuan," ujarnya.
Apakah anak di bawah umur yang hamil bisa menyusui? Menurut dr Dinda, hal itu bisa dilakukan karena tetap memiliki hormon prolaktin, oksitosin dan bisa menghasilkan ASI. Hanya saja, produksi ASI juga dipengaruhi dari psikis.
Untuk itu, harus dilihat psikis anak yang hamil dan melahirkan. Apabila psikis baik, maka ASI akan keluar dengan hormon tadi. Sebaliknya jika psikisnya tidak baik, maka akan sulit.
"Menyusui bukan proses yang mudah, menyusui harus ada kemauan dari ibunya, sekarang ibunya mau tidak menyusui anaknya. Capek loh menyusui, balik lagi ke psikis," kata dia.
Menurut dia, anak di bawah umur yang melahirkan membutuhkan support system dari keluarga seperti orang tua, kakak, adik dan suaminya. "Suaminya kalau juga sama-sama masih muda, sama-sama tidak mengerti. Jadi mau enggak mau orang tuanya harus ikut turun," ujarnya. Dia mengingatkan, apabila beban mental anak tersebut besar, maka penting dikonsultasikan ke psikolog dan psikiatri.