Senin 16 Jan 2023 17:37 WIB

Megawati Kesal Pidatonya Dipotong, dan Di-bully

Megawati tegaskan bahwa ia telah berhasil keluarkan Indonesia dari krisis.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Teguh Firmansyah
Megawati Soekarnoputri
Foto: Dok Republika
Megawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, memberikan pengarahan dalam peresmian Renovasi dan Revitalisasi Grand Inna Bali Beach Denpasar, Bali. Megawati menyinggung tentang profesionalisme media massa di Indonesia hari ini.

Hal ini disampaikan satu pekan setelah HUT 50 PDIP yang digelar di Jiexpo. Mega merasa, profesionalisme perlu diperhatikan usai melihat pemberitaan dari acara itu, yang menyoal PDIP seakan menunjukkan kekuasaan di depan Presiden Jokowi.

Baca Juga

"Kalau kemarin saya seperti dicap oleh media, yang ngomong wah Ibu Megawati mengeluarkan sepertinya menunjukkan kekuatannya. Saya memang kuat lho," kata Megawati, sambil tersenyum, disambut tawa undangan yang hadir, Senin (16/1).

Megawati protes dibilang ingin menunjukkan kekuatan. Padahal, ia mengingatkan, PDIP memang partai politik terbesar di Indonesia. Karenanya, Mega minta jangan malah dibolak-balik karena semua elemen yang ada di PDIP sedang bekerja keras.

Soal kerja keras yang dimaksud, ia menerangkan, salah satunya seperti ketika PDIP berhasil memerahkan Bali pada Pemilu 2024 nanti. Karenanya, Megawati menekankan, itu bukan klaim semata, tapi hanya menunjukkan kerja keras PDIP.

Setelah menanyakan kesiapan kader-kader PDIP memerahkan Bali pada Pemilu 2024, ia meminta media massa tidak memanas-manaskan orang lain dan cukup bekerja secara baik. Ia menegaskan, tidak sedang meminta pujian dari media massa.

Namun, Megawati berharap, kerja pers seharusnya dilaksanakan sesuai etika dan berbasis perspektif yang luas. Misal, sebelum menilai dirinya, seorang wartawan seharusnya terlebih dulu melakukan riset dan pendalaman tentang sosok Megawati.

Salah satunya tentang dirinya yang membawa Indonesia ke luar dari ancaman krisis ekonomi dunia, terkena kredit macet triliunan rupiah. Hal itu, lanjut Megawati, dilakukan ketika menjadi Wakil Presiden Indonesia bersama Abdurrahman Wahid.

Jangan sampai, Megawati menegaskan, pidatonya dipotong dan di-bully. Kadang, ia merasa kesal melihat pemberitaan. Karenanya, ketika ada kesempatan bicara kepada wartawan, ingin menegaskan dirinya bukan provokator dan tidak sedang mengancam.

"Jangan enak-enak untuk melariskan kita di-bully nggak jelas. Ngertilah saya, dipikir saya nggak ngerti? Jangan dipikir saya tidak ngerti teknologi," ujar Mega. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement