Kamis 24 May 2012 08:40 WIB

Sudahkah Bangsa Ini Menghargai Kebudayaanya Sendiri?

The patterns in batik represents many aspects of Indonesian culture. Batik Indramayu is on display in an exhibition (illustration).
Foto: Antara/Fikri Adin
The patterns in batik represents many aspects of Indonesian culture. Batik Indramayu is on display in an exhibition (illustration).

REPUBLIKA.CO.ID,CIPAYUNG -- Apakah kita sudah bangga dengan budaya sendiri? Setiap Jumat, para pegawai, karyawan diwajibkan memakai baju batik. Namun di hari-hari selanjutnya mereka kembali menggunakan baju biasa. Bukan persoalan busana yang digunakan, namun kebiasaan dan adat bangsa ini yang semakin lama semakin memudar.

Contohnya para remaja. Mereka lebih bangga memakai pakaian hasil produk luar negeri dibandingkan memakai batik yang sopan dan produk dalam negeri.

Saat ini kebanyakan masyarakat Indonesia lebih tertarik memakan makanan yang cepat saji daripada memakan masakan khas tradisi indonesia bahkan, dalam hal bermain musik masyarakat Indonesia lebih tertarik memainkan alat musik modern daripada alat musik tradisional. Begitupula halnya dengan tarian-tarian seperti tari topeng, ronggeng ketuk, dan ngabuyah hujan yang sudah hampir punah.

Padahal kebudayaan Indonesia banyak yang menarik, contohnya adalah kebudayaan batik dan angklung yang “popularitas”nya sudah mendunia. Dan sudah banyak warga negara asing yang ingin mempelajari kebudayaan Indonesia. Jika bangsa asing bisa mencintai kebudayaan Indonesia, mengapa bangsa Indonesia tidak bisa mencintai kebudayaannya sendiri.

Sesungguhnya ini salah siapa? Salah pemerintahkah? Yang kurang peduli dengan kebudayaan Indonesia, salah orang asingkah yang memasukkan kebudayaan mereka ke Indonesia? Atau salah masyarakat Indonesiakah yang kurang mau mempelajari kebudayaannya sendiri? Masa depan Indonesia tergantung dari diri kita masing-masing. Satu kata yang bisa kami kutip dari sebuah buku adalah, Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Mencintai Kebudayaanya. Jika bangsa indonesia ingin lebih baik kedepannya, langkah awalnya hanya memulai dari mencintai kebudayaannya sendiri.

    

Penulis: Anggraini Pasa (SMA PGRI 4 Jakarta), Choirunisa RA (SMA N 62 Jakarta), Eliyawati (SMA N 53 Jakarta), Rafianto Dwi Cahyo (SMAN 105 Jakarta)

    

sumber : SMA se Jakarta Timur
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement