REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga komoditas emas telah mengalami peningkatan sejak awal November 2022, hingga pada 18 Januari 2023 berada di level 1.900 dolar AS per troy ons. Peningkatan harga emas sejalan dengan penurunan dolar AS usai The Fed menurunkan persentase kenaikan suku bunga menjadi 50 bps pada Desember 2022.
Sebelumnya, pada November 2022, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 bps dalam empat pertemuan beruntun sejak inflasi AS mencapai puncaknya pada Juni 2022 sebesar 9,1 persen YoY. Pada periode ini, mata uang dolar AS mengalami penguatan terhadap mata uang negara lain dan dinilai sebagai aset safe haven.
"Menimbang dolar AS yang mulai bergerak turun, pelaku pasar menilai emas sebagai aset safe haven di tengah kekhawatiran resesi yang terjadi secara global, khususnya di negara maju. Hal ini tecermin dari aksi bank sentral di beberapa negara melakukan aksi akumulasi emas sebagai cadangan devisanya," kata Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, Jumat (20/1/2023).
Berdasarkan data World Gold Council, pada November 2022 bank sentral secara global mengakumulasi 50 ton emas atau meningkat 47 persen MoM. Pada periode tersebut, Bank Sentral China (PBoC) menghimpun 32 ton emas. Sementara itu, bank sentral telah memupuk hampir 400 ton emas pada kuartal III 2022 atau meningkat 115 persen QoQ. Perolehan tersebut membawa total pembelian emas per September 2022 mencapai 673 ton, sekaligus menjadi yang tertinggi sejak 1967.