Senin 23 Jan 2023 16:05 WIB

12.658 Tewas, China Janji Perbarui Data Covid-19

Salah satu penyebab kematian karena kegagalan akut sistem pernapasan.

 Seorang wanita lanjut usia yang mengenakan masker didampingi oleh seorang kerabat ketika pasien diperiksa setelah tiba di ruang gawat darurat sebuah rumah sakit di Beijing, Kamis, 19 Januari 2023. China pada Kamis menuduh beberapa media Barat melakukan bias, fitnah dan manipulasi politik dalam liputan mereka tentang penghentian tiba-tiba kebijakan nol-COVID China yang ketat, karena mengeluarkan pembelaan yang kuat atas tindakan yang diambil untuk mempersiapkan perubahan strategi.
Foto: AP/Andy Wong
Seorang wanita lanjut usia yang mengenakan masker didampingi oleh seorang kerabat ketika pasien diperiksa setelah tiba di ruang gawat darurat sebuah rumah sakit di Beijing, Kamis, 19 Januari 2023. China pada Kamis menuduh beberapa media Barat melakukan bias, fitnah dan manipulasi politik dalam liputan mereka tentang penghentian tiba-tiba kebijakan nol-COVID China yang ketat, karena mengeluarkan pembelaan yang kuat atas tindakan yang diambil untuk mempersiapkan perubahan strategi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sebanyak 12.658 warga China tewas dalam sepekan pada 13-19 Januari 2023 saat sedang menjalani perawatan di rumah sakit akibat mengidap Covid-19. Dari jumlah kematian itu, sebanyak 681 orang di antaranya disebabkan oleh kegagalan akut sistem pernapasan akibat Covid-19, menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC) pada Ahad (22/1/2023).

Sementara untuk korban jiwa lainnya, kematian disebabkan oleh penyakit bawaanselain terjangkit Covid-19. CCDC juga mencatat hampir 472.000 pasien Covid-19 dirawat di sejumlah rumah sakit di China pada Kamis (19/1/2023), termasuk 51.700 pasien yang mengalami tingkat keparahan yang sangat tinggi.

Baca Juga

Sampai saat ini, lebih dari 1,28 miliar warga China telah divaksinasi, termasuk 230,1 juta di antaranya berusia di atas 60 tahun. CCDC berjanji akan mempublikasikan data dan informasi perkembangan Covid-19 di China setiap bulan.

Sebelumnya, Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) menghentikan publikasi data perkembangan Covid-19 mulai 25 Desember 2022.

Tindakan tersebut memicu reaksi sejumlah negara karena pada saat yang bersamaan China sedang mengalami lonjakan kasus yang menewaskan puluhan ribu orang dalam jangka waktu dua bulan, ditambah dengan dibebaskannya warga setempat bepergian ke luar negeri mulai 8 Januari 2023.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memahami reaksi sejumlah negara tersebut dan mendesak China untuk bersikap transparan dalam menyajikan data perkembangan kasus Covid-19.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement