REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang terus menaikkan suku bunga pinjaman dalam beberapa waktu terakhir perlu diwaspadai bersama. Wakil Ketua Komisi XI Fathan Subchi menilai, kebijakan ini bisa mengganggu upaya pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi Covid-19 sehingga mengancam kelompok rentan.
"Kami berharap kalangan perbankan khususnya BRI bisa melakukan mitigasi risiko terhadap kondisi likuiditas mata uang asing (dolar AS) seiring kenaikan bunga fed fund rate. Kenaikan ini dalam pandangan kami berpotensi menaikkan inflansi dan perlambatan ekonomi," ujar Fathan di sela Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Dalam keterangan tertulisnya tersebut Fathan menjelaskan, kebijakan kenaikan suku bunga The Fed merupakan upaya AS dalam menekan laju inflansi dalam negeri mereka. Kebijakan yang dimulai sejak tahun lalu tersebut diperkirakan akan terus berlanjut hingga semester II tahun ini.
"Kebijakan menaikkan suku bunga ini kalo kita cermati juga dilakukan banyak bank sentral di berbagai negara Eropa dan Amerika," katanya.
The Fed pada Rabu (18/1/2023) pekan lalu memberikan isyarat untuk melanjutkan kenaikan suku bunga dengan tertinggi lima persen. Hal tersebut dimungkinkan untuk dilanjutkan ketika inflasi memasuki periode puncak dan aktivitas ekonomi yang melambat.
"Saya hanya berpikir kita perlu melanjutkan dan kita akan membahas pada pertemuan untuk menentukan berapa banyak yang harus dilakukan," kata Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester dikutip dari Reuters.
Kenaikan suku bunga ini, menurut Fathan, berpeluang menyusutkan likuiditas global yang dapat memperlambat pemulihan ekonomi di kawasan Asia. Mulai dari menurunnya investasi, menurunnya konsumsi masyarakat, ancaman larinya uang ke luar negeri, hingga penurunan nilai tukar rupiah.
"Jika ini terjadi maka kelompok rentan akan menjadi terancam sehingga membutuhkan antisipasi kebijakan, baik dari kalangan perbankan maupun dari pemerintah," ujar sekretaris fraksi PKB DPR RI tersebut.
Situasi ini, lanjut Fathan, harus menjadi alarm bersama, meskipun tidak boleh menganggu momentum pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Kalangan perbankan termasuk PT BRI bisa memperkuat peran intermediasi sektor-sektor yang bisa menyerap banyak tenaga kerja melalui penguatan UMKM.
"Dengan demikian sektor domestik akan kian kuat dalam menghadapi ketidakpastian global termasuk kebijakan kenaikan suku bunga The Fed," ujarnya.
Secara khusus, Fathan juga meminta agar PT BRI terus mengembangkan keamanan layanan digital bagi para nasabahnya. Hal ini penting mengingat ancaman kejahatan keuangan digital dari hari ke hari kian tinggi.
"Sebagai bank dengan menggunakan transaksi inovasi digital, BRI harus bisa menjaga keamanan transaksi bagi nasabah dan perlindungan data nasabah," ujar dia.