REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Stunting Universitas Yarsi, dr Yusnita, mengatakan, protein dari hewan (protein hewani) tetap harus dipenuhi agar anak tidak mengalami kekerdilan (stunting). Terkait mengganti protein hewani dengan protein nabati, menurutnya hal itu tidak tepat.
Yusnita mengatakan, pemberian protein dari tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian (protein nabati) tidak akan menyamai kualitas protein hewani. Protein hewani, lanjutnya, tidak bisa digantikan.
"Sebenarnya protein hewani tetap harus terpenuhi. Bisa dibilang protein nabati memiliki kualitas yang tidak bisa menyamai kualitas protein hewani," ujarnya, dikutip Jumat (27/1/2023).
Dia melanjutkan, upaya untuk tetap memberikan protein hewani harus tetap dilakukan meskipun anak didiagnosis alergi. Terkait hal itu, apabila anak mengalami alergi protein hewani, ia meminta orang tua harus mencari makanan yang menjadi penyebab alergi anak.
Ia menyarankan orang tua untuk mencoba beragam jenis sumber makanan protein hewani kepada anak. Setelah tes alergi, kemudian lakukan stimulasi dengan sengaja memberikan makanannya.
Artinya meski alergi, anak bisa diberikan sedikit-sedikit makanan protein hewani sehingga akhirnya bisa dikonsumsi. Ia mengakui, hal ini membutuhkan upaya ekstra dari sang ibu untuk mengetahui hal terkait alergi protein hewani.
"Sehingga, saran saya pastikan alerginya dengan makanan apa saja karena tetap harus tetap ada protein hewani yang dikonsumsi anak, dan coba intervensi untuk mengurangi alerginya," ujarnya.
Kemudian, ia meminta orang tua juga berkonsultasi ke dokter spesialis anak atau dokter gizi terkait alergi tersebut.