Jumat 27 Jan 2023 17:32 WIB

FBI Retas Kelompok Kejahatan Siber

FBI menggagalkan kelompok itu mendapatkan uang tebusan ransomware 130 juta dolar AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Ransomware. Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) mengungkapkan telah meretas dan mengganggu kelompok kejahatan siber yang dikenal sebagai Hive.
Foto: Freepik
Ransomware. Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) mengungkapkan telah meretas dan mengganggu kelompok kejahatan siber yang dikenal sebagai Hive.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) mengungkapkan telah meretas dan mengganggu kelompok kejahatan siber yang dikenal sebagai Hive. Manuver ini memungkinkan FBI menggagalkan kelompok itu mendapatkan uang tebusan ransomware sebesar 130 juta dolar AS dari 300 korban lebih.  

Dalam konferensi pers Jaksa Agung AS Merrick Garland, Direktur FBI Christopher Wray, dan Deputi Jaksa Agung AS Lisa Monaco mengatakan peretas pemerintah AS masuk ke dalam jaringan Hive dan mengawasi kelompok itu. Peretas FBI mencuri kunci digital yang digunakan Hive membuka data organisasi para korban.

Baca Juga

Mereka kemudian dapat memberitahu para korban sehingga mereka dapat memperkuat sistem proteksi sebelum Hive meminta uang tebusan. "Dengan cara legal kami meretas peretas, kami membalikan meja pada Hive," kata Monaco dalam konferensi pers, Kamis (26/1/2023).

Berita tentang peretasan FBI ini sudah diketahui sejak Kamis pagi. Ketika situs Hive muncul dengan pesan kilat yang bertuliskan "Biro Investigasi Federal menyita situs ini sebagai bagian dari tindakan yang dikoordinasikan penegakan hukum terhadap Ransomware Hive."

Peladen Hive juga disita Kepolisian Kriminal Federal Jerman dan Unit Kejahatan Teknologi Canggih Nasional Belanda. "Kerja sama intensif lintas perbatasan negara dan benua, menandai sikap saling percaya, yang merupakan kunci untuk memerangi kejahatan keamanan siber berat dengan efektif," kata Komisioner kepolisian Jerman Udo Vogel dalam pernyataan dari jaksa dan kepolisian Negara Bagian Baden-Wurttemberg yang membantu penyelidikan.

Kontak dan lokasi Hive masih belum diketahui. Peretasan terhadap Hive berbeda dari beberapa kasus ransomware yang Departemen Kehakiman AS umumkan beberapa tahun terakhir seperti serangan siber terhadap Colonial Pipeline Co pada tahun 2021.

Dalam kasus ini Departemen Kehakiman menyita sekitar 2,3 juta dolar AS uang tebusan berbentuk kripto. Setelah perusahaan yang diserang menyerahkan uangnya ke kelompok peretas.

Di kasus terbaru tidak ada penyitaan karena FBI berhasil mengintervensi sebelum Hive meminta uang tebusan. Kelompok itu tidak dapat mendeteksi penyusupan FBI yang dimulai sejak Juli 2022 lalu.

Hive merupakan salah satu kelompok kejahatan siber paling produktif. Mereka memeras perusahaan-perusahaan multinasional dengan mengenkripsi data mereka dan meminta uang tebusan dalam bentuk kripto.

Departemen Kehakiman mengatakan selama bertahun-tahun, Hive telah mengincar 1.500 lebih korban di 80 negara yang berbeda. Mereka berhasil mengumpulkan sekitar 100 juta dolar AS dari uang tebusan.

Meski tidak ada penangkapan yang diumumkan, Garland mengatakan penyelidikan masih berjalan. Seorang pejabat departemen kehakiman mengatakan pada wartawan "tunggu saja."

Garland mengatakan operasi FBI membantu berbagai korban termasuk distrik sekolah Texas. "Biro menyediakan kunci enkripsi distrik sekolah, menyelamatkannya dari membayar uang tebusan sebesar 5 juta dolar," katanya.

Sementara rumah sakit di Louisiana tidak perlu membayar uang tebusan sebesar 3 juta dolar AS.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement