Selasa 31 Jan 2023 23:30 WIB

Mengapa Kita Ikut Menguap Ketika Ada Orang Menguap?

Menguap biasanya disertai saat lelah atau bosan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Natalia Endah Hapsari
Anak menguap
Foto: ist
Anak menguap

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Apakah Anda ikut menguap ketika orang lain menguap? Pernahkan Anda bertanya-tanya mengapa menguap begitu menular?

Uniknya menguap ini nampaknya menyebar. Ada banyak penelitian tentang fenomena yang tidak disengaja ini sehingga kita dapat membuat gambaran yang cukup lengkap tentang mengapa kita menguap ketika kita melihat orang lain menguap.

Baca Juga

Menurut peneliti, empati adalah alasan yang paling mungkin. "Seiring bertambahnya usia manusia, kita meningkatkan perkembangan psikososial dan neurologis kita, menganggap orang lain menguap sebagai isyarat bahwa kita juga harus menguap," ungkap Dr Reyan Saghir, MBBS, BSc seperti dilansir dari laman Real Simple, Selasa (31/1/2023).

Dikenal sebagai echophenomena, itu juga telah terjadi pada simpanse, anjing, dan manusia. Ternyata itu wajar saja, otak kita benar-benar terhubung untuk meniru orang-orang di sekitar kita. 

"Penelitian telah menunjukkan menguap memicu 'mirror neurons' di girus frontal inferior posterior kanan otak, yang diaktifkan ketika melakukan perilaku yang diarahkan pada tujuan untuk meniru yang sebenarnya, membuat refleks menguap secara fisik tidak mungkin untuk dilawan," tambah dr Saghir.

Perlu dicatat reaksi ini hanya terbatas pada otak yang sudah berkembang sempurna. "Sebagai orang dewasa yang sehat secara mental, perkembangan psikososial kita akan membuat kita menguap ketika orang lain melakukannya. Namun pada individu yang tidak memiliki perkembangan mental yang benar, efek menular dari menguap tidak terlihat," ujarnya.

Misalnya, studi pada anak-anak yang masih mengembangkan mekanisme saraf hanya ditemukan menguap dalam keadaan lelah. Demikian pula pada orang dewasa dengan kondisi seperti autisme atau skizofrenia, di mana perkembangan sosialnya berbeda, menguap tidak dibalas dengan orang yang menguap.

"Misalnya, jika anggota keluarga menguap, Anda lebih cenderung menguap dibandingkan dengan orang asing, ini karena hubungan empatik yang dibuat otak kita sehingga kita lebih berempati dengan orang yang menguap dan ingin mencerminkan tindakan mereka secara tidak sengaja," ungkap dr Saghir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement