Selasa 31 Jan 2023 09:47 WIB

Rupiah Melemah Jelang Pertemuan The Fed

Nilai tukar rupiah turun menjelang pertemuan pimpinan bank sentral AS.

Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi turun menjelang pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve yang akan membahas kebijakan moneternya.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi turun menjelang pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve yang akan membahas kebijakan moneternya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi turun menjelang pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve yang akan membahas kebijakan moneternya. Kurs rupiah pada Selasa pagi dibuka merosot 33 poin atau 0,22 persen ke posisi Rp 15.003 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.970 per dolar AS.

"Hari ini rupiah kemungkinan masih berkonsolidasi di kisaran yang sempit," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa (31/1/2023).

Baca Juga

Ariston mengatakan, pergerakan tipis rupiah pada Senin (30/1/2023) menunjukkan pasar masih berkonsolidasi menghadapi pengumuman hasil rapat moneter The Fed yang akan dirilis pada 2 Februari 2023 dini hari.

Menurut dia, pasar menunggu pernyataan terbaru dari Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell terkait kebijakan moneternya ke depan. Powell bisa jadi akan kembali menegaskan sikap The Fed yang tetap mempertahankan suku bunga tinggi untuk menekan inflasi AS.

"Pernyataan yang sangat hawkish atau mengindikasikan kenaikan suku bunga lagi bisa mendorong kembali penguatan dolar AS," ujarnya.

Dolar menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), sehari sebelum bank sentral AS, Federal Reserve, akan memulai pertemuan kebijakan dua hari. Sementara, euro didorong oleh data inflasi tinggi yang tidak terduga menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (2/2).

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,35 persen menjadi 102,2850 ketika para pelaku pasar menunggu serangkaian pertemuan kebijakan bank-bank sentral utama dan para investor memperkirakan kemungkinan bahwa The Fed mendekati akhir siklus pengetatannya.

Di sisi lain, Ariston menuturkan penguatan rupiah bisa terbantu oleh mulai menggeliatnya perekonomian China. Pagi ini, survei aktivitas manufaktur dan nonmanufaktur China bulan Januari 2023 menunjukkan aktivitas yang bertumbuh, berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya yang menunjukkan kontraksi.

"Ini selaras dengan ekspektasi pasar sebelumnya bahwa potensi resesi perekonomian global mungkin tidak seburuk yang diperkirakan sebelumnya," tuturnya.

Perjalanan liburan Tahun Baru Imlek di China melonjak 74 persen dari tahun lalu setelah pihak berwenang membatalkan pembatasan perjalanan akibat Covid-19. Ariston memperkirakan, pergerakan rupiah hari ini ke arah Rp 14.940 per dolar AS dengan resisten di kisaran Rp 15 ribu per dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement