REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD – Otoritas Pakistan hingga kini belum dapat memastikan siapa otak di balik pengeboman masjid pada Senin (30/1/2023) pagi.
Namun, setelah ledakan terjadi, komandan Taliban Pakistan, atau juga disebut Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dalam unggahannya di Twitter.
Komandan yang dimaksud adalah Sarbakaf Mohmand. Hanya selang beberapa jam, pengakuannya dianulir oleh juru bicara TTP Mohammad Khurasani.
Dia menyebut tindakan pengeboman masjid bukan perintah dari pihaknya dan perbuatan tersebut akan dijatuhi hukuman di bawah kebijakan TTP.
Dia tidak menjelaskan mengapa sebelumnya ada komandan yang mengaku bertanggungjawab.
Lantas siapa Taliban Pakistan? Pakistan adalah negara dengan sebagian besar populasinya adalah Muslim Sunni.
Seperti dilansir The New Arab, Selasa (31/1/2023), di sana terjadi lonjakan serangan militan sejak November 2022, yaitu ketika Taliban Pakistan mengakhiri gencatan senjata mereka dengan pasukan pemerintah.
Bahkan di awal bulan ini, Taliban Pakistan mengklaim bahwa salah satu anggotanya telah menembak dan membunuh dua petugas intelijen.
Salah satunya direktur sayap kontraterorisme dari agen mata-mata Inter-Services Intelligence yang berbasis militer di negara itu.
Kemudian pejabat keamanan Pakistan mengatakan, pelaku telah dilacak dan tewas dalam baku tembak di barat laut dekat perbatasan Afghanistan.
TTP termasuk kelompok separatis dan merupakan sekutu dekat Taliban Afghanistan. TTP telah mengobarkan pemberontakan di Pakistan dalam 15 tahun terakhir. Mereka berupaya menegakkan hukum Islam yang lebih ketat, pembebasan anggotanya dalam tahanan pemerintah dan pengurangan kehadiran militer Pakistan di wilayah provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang telah lama digunakan sebagai basis mereka.
Taliban Pakistan punya basis yang kuat di provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Peshawar, ibu kotanya, sering menjadi tempat serangan militan.
Pada 2014, faksi Taliban Pakistan menyerang sebuah sekolah yang dikelola tentara di Peshawar dan menewaskan 154 orang, yang kebanyakan korbannya anak sekolah.
Selain Taliban Pakistan, dalam beberapa tahun terakhir, afiliasi regional dari kelompok Negara Islam juga berada di balik serangan mematikan di Pakistan.
Kekerasan juga meningkat sejak Taliban Afghanistan merebut kekuasaan di negara tetangga Afghanistan pada Agustus 2021, ketika pasukan Amerika Serikat dan NATO ditarik keluar dari negara itu setelah perang selama 20 tahun.
Kementerian Luar Negeri Afghanistan yang dikelola Taliban, sedih mengetahui bahwa banyak orang kehilangan nyawa mereka di Peshawar dan mengutuk serangan terhadap jamaah karena bertentangan dengan ajaran Islam.
Baca juga: Putuskan Bersyahadat, Mualaf JJC Skillz Artis Inggris: Islam Memberi Saya Kedamaian
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, yang sedang berkunjung ke Timur Tengah, menyampaikan unggahan di Twitter, bahwa pengeboman di Peshawar adalah serangan yang mengerikan. "Terorisme dengan alasan apa pun di tempat mana pun tidak dapat dipertahankan," katanya.
Kecaman juga datang dari Kedutaan Besar Arab Saudi di Islamabad, serta Kedutaan Besar Arab Saudi. Selain itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut pemboman itu sangat menjijikkan karena menargetkan tempat ibadah.
Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menyatakan belasungkawa, menyebut pemboman itu sebagai serangan bunuh diri teroris.
Pemerintahan Sharif berkuasa pada April 2022 setelah Imran Khan digulingkan dalam mosi tidak percaya di Parlemen.
Khan sejak itu berkampanye untuk pemilihan awal, mengklaim pemecatannya ilegal dan bagian dari plot yang didukung Amerika Serikat. Washington dan Sharif menolak klaim Khan.