REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menkopolhukam Mahfud MD diharapkan proaktif membantu menyelamatkan warga Indonesia yang bekerja di Inggris. Mahfud dinilai mampu menggerakkan aparatur negara lintas kementerian dan lembaga untuk mempercepat proses penyelamatan WNI yang menjadi pekerja migran di negeri yang kini dipimpin Raja Charles tersebut.
Hal itu disampaikan Koalisi Publik Untuk Perbaikan SPSK (Koalisi SPSK). “Kami berharap Pak Menko juga ikut menyuarakan permasalahan PMI di Inggris. Disana ada ratusan PMI yang sekarang menjadi imigran gelap karena tata kelola penempatan yang buruk,” kata Koordinator Koalisi SPSK, Fuad Adnan pada Rabu (1/2) siang.
Perhatian yang ditekankan Menteri Mahfud pasti akan membantu penyelesaian persoalan PMI di Inggris. Pasalnya, semua pejabat yang berada di bawah kewenangan Menko Mahfud, nantinya akan ikut aktif menyelesaikan permasalahan tersebut.
“Belajar dari cuitan Pak Mahfud soal Siti Kurmeisa (PMI) di Saudi kemarin, mestinya soal nasib PMI di Inggris juga mendapat perhatian yang sama. Biar semuanya segera selesai, segera beres. Kasihan nasib para PMI ini. Mereka dikerjain di dalam negeri, susah hidup di luar negeri,” ujarnya.
Apalagi, menurutnya, permasalahan penempatan PMI di Inggris terjadi gara-gara pengelolaan penempatan PMI yang bermasalah. Salah satunya karena persoalan biaya penempatan yang sangat tinggi alias overcharging sehingga menyebabkan mayoritas PMI yang bekerja di Inggris tersebut terjebak jerat uang atau debt bondage.
Memilih bertahan
Karena itu, Fuad menambahkan, sebagian besar dari mereka akhirnya lebih memilih bertahan di sana dengan cara menjadi imigran gelap dan pencari suaka. Mereka sadar mengambil pilihan tersebut lantaran ingin membayar utang yang terlanjur diambil untuk berangkat ke Inggris.
“Semoga Pak Mahfud mau memberikan atensinya kepada kasus ini. Saudara saudara kita yang bekerja di Inggris itu terjebak utang dan rente. Mereka ingin cari pekerjaan dengan aman,” jelas dia.
Seperti diketahui, berdasarkan laporan BBC Internasional terbaru, ratusan WNI yang bekerja sebagai PMI di sektor perkebunan Inggris, akhirnya memilih menjadi imigran gelap dan pencari suaka. Mereka bahkan rela bekerja apa saja dan tinggal di tempat yang kurang layak demi bertahan hidup di sana.