REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua PB IDI Adib Khumaidi mengatakan, setelah mengirim relawan dokter ke Turki, ada beberapa fakta yang diketahui. Berdasarkan pemaparan para relawan yang tergabung dalam emergency medical team (EMT) itu, kata dia, menyebut penanganan bencana di Turki memiliki mekanisme yang terstruktur sehingga memiliki respon luar biasa.
Dia mengatakan, Turki seperti halnya Jepang, mampu mengedepankan koordinasi dalam suatu sistem penanganan bencana. “Ini menjadi pembelajaran bagi kita membangun tim respon cepat. Karena kita tahu Indonesia tidak lepas dari bencana,” kata Adib dalam diskusi daring, Selasa (21/2/2023).
Indonesia sebagai supermarket bencana, kata dia, sangat memerlukan kecepat tanggapan dan manajemen baik dari segi rescue, medikal dan keamanan. Sehingga, ke depannya dia harap ada pengelolaan di lokasi bencana lebih baik yang bisa diterapkan berkaca dari Turki.
Berdasarkan informasi, PB IDI sudah mengirimkan beberapa tim medis dari Pusat Krisis Kemanusiaan PB IDI dan organisasi di bawahnya pasca gempa Turki 6 Februari lalu. Beberapa instrumen dokter dan epidemiolog yang dikirimkan berasal dari PABOI, IDAI, Perdatin, PABI hingga POGI.
Sementara itu, salah satu relawan IDI yang dikirimkan ke Turki, Safrizal, mengatakan hal serupa. Bahkan menurut dia, setelah kedatangan tim relawan sejak 17 Februari lalu, tidak banyak peran yang dilakukan relawan di Turki karena penanganan pemerintah Turki yang sangat baik.
“Harus kita akui, kemampuan Turki dalam penanganan bencana sangat baik, bahkan saya lihat semua sudah dapatkan tempat layak dan tenda yang baik, termasuk adanya penghangat karena ini musim dingin di Turki,” ucap Safrizal yang juga Ketua IDI Aceh.
Menurutnya, memang ada beberapa pasien yang masih membutuhkan pertolongan trauma atau sekedar tertimpa bangunan tanpa cedera hingga patah tulang. Kendati demikian, dia menyebut jika seluruh pasien sudah tertangani dengan baik.