REPUBLIKA.CO.ID, ADANA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan pembicaraan telepon bersama Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat (24/2/2023). Dia menekankan kebutuhan untuk mencapai perdamaian yang adil untuk mencegah hilangnya nyawa dan kehancuran lebih lanjut.
"Mengekspresikan keinginan tulus Turki untuk menghidupkan kembali kesepakatan (biji-bijian) yang dicapai di Istanbul, Presiden Erdogan menunjukkan Ankara siap memberikan segala jenis dukungan dalam hal ini," ujar pernyataan istana kepresidenan dikutip dari Anadolu Agency.
Pada 24 Februari 2022, pasukan Rusia menyeberang ke Ukraina dari utara, selatan, dan timur negara itu untuk melakukan serangan. Moskow menyebut itu adalah Operasi Militer Khusus bukan invasi.
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 8.000 warga sipil meninggal dan hampir 13.300 lainnya terluka sejak Rusia melakukan serangan. Setelah itu arus perjalanan barang pun ikut terganggu sehingga menyebabkan kemungkinan kelangkaan pangan.
Pada Juli tahun lalu, Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina menandatangani perjanjian di Istanbul untuk melanjutkan ekspor biji-bijian. Kesepakatan ini membuka kembali tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina yang ditutup sementara setelah perang Rusia-Ukraina dimulai.
Dalam kesempatan pembicaraan ini pula, Erdogan berterima kasih kepada mitranya dari Rusia atas solidaritasnya dalam menghadapi gempa bumi yang melanda wilayah selatan pada 6 Februari. "Presiden (Recep Tayyip) Erdogan berterima kasih kepada Presiden (Vladimir) Putin karena menunjukkan solidaritas dengan Türkiye atas gempa bumi," menurut kepresidenan Turki.
Gempa berkekuatan 7,7 dan 7,6, berpusat di Kahramanmaras, melanda 10 provinsi Turki lainnya. Sekitar 13,5 juta orang terkena dampak gempa.