REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencatat tiga orang anak terjangkit difteri selama dua bulan terakhir Januari hingga Februari 2023. Namun Pemkab Cianjur belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) pada wilayahnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Cianjur dr Frida Laila Yahya mengatakan, belum ditetapkannya KLB Difteri di Cianjur karena temuan kasusnya berbeda tempat bukan di satu lingkungan yang sama dan tidak berkaitan. "Kami tidak menemukan kasus yang sama di satu keluarga atau satu lingkungan, melainkan di tiga wilayah berbeda dan antar pasien tidak ada kaitan," kata dia, Senin (27/2/2023).
Untuk mengantisipasi penyebaran difteri di Cianjur, pihaknya akan melibatkan seluruh tenaga kesehatan di masing-masing kecamatan untuk melakukan pemeriksaan terhadap kelompok rentan serta menggenjot vaksinasi difteri pada anak. Frida mengatakan, difteri disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheria yang rentan menyerang pada orang yang tidak mendapat vaksin difteri secara lengkap, terutama di wilayah padat penduduk, dan yang berdaya tahan tubuh lemah.
"Kami akan menggenjot vaksinasi serta pemeriksaan kesehatan rutin untuk mencegah penyebaran difteri bagi kelompok rentan di seluruh wilayah Cianjur," kata dia.
Frida menyebut, laporan Dinkes Jawa Barat, hingga saat ini terdeteksi 11 orang dari tujuh kabupaten/kota di Jabar yang suspek difteri dan tiga orang diantaranya anak-anak di Cianjur.
Belasan warga terdeteksi suspek difteri setelah masuk dalam aplikasi pelaporan sepanjang Januari 2023, dengan wilayah penyebaran Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, Indramayu, Karawang, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor,Kota Sukabumi dan Kabupaten Garut.
"Angka kasus difteri di Cianjur, sama dengan 2022, periode Januari hingga Februari tercatat ada tiga kasus difteri. Sedangkan akumulasi selama 2022 ada 11 kasus difteri," katanya.