Kamis 02 Mar 2023 07:08 WIB

Belgia Desak Iran Bebaskan Warganya yang Dituduh Lakukan Spionase

Beberapa pakar HAM PBB telah mengecam penahanan warga Belgia tersebut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Penjara Evin di Teheran, Iran (ilustrasi). Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mendesak Iran untuk segera membebaskan Olivier Vendecasteele (42), seorang pekerja bantuan asal Belgia yang dituduh melakukan spionase. Vendecasteele ditangkap pada Februari 2022 dan telah dijatuhi hukuman lebih dari 12 tahun penjara serta 74 cambukan.
Foto: FARS
Penjara Evin di Teheran, Iran (ilustrasi). Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mendesak Iran untuk segera membebaskan Olivier Vendecasteele (42), seorang pekerja bantuan asal Belgia yang dituduh melakukan spionase. Vendecasteele ditangkap pada Februari 2022 dan telah dijatuhi hukuman lebih dari 12 tahun penjara serta 74 cambukan.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mendesak Iran untuk segera membebaskan Olivier Vendecasteele (42), seorang pekerja bantuan asal Belgia yang dituduh melakukan spionase. Vendecasteele ditangkap pada Februari 2022 dan telah dijatuhi hukuman lebih dari 12 tahun penjara serta 74 cambukan.

“Pesan saya sangat jelas: Olivier Vendecasteele adalah orang yang tidak bersalah dan harus segera dibebaskan. Sementara itu, kondisi penjaranya yang tidak manusiawi harus diubah,” tulis De Croo lewat akun Twitter resminya, Rabu (1/3/2023).

Baca Juga

Beberapa pakar hak asasi manusia (HAM) PBB telah mengecam penahanan Vendecasteele. Menurut mereka, tindakan Iran terhadap warga Belgia tersebut merupakan pelanggaran mencolok hukum internasional.

Pada Juli tahun lalu, Belgia dan Iran telah menandatangani perjanjian pertukaran tahanan. Brussels memandang hal itu sebagai jalan untuk membebaskan Vandecasteele. Namun Mahkamah Konstitusi Belgia menangguhkan perjanjian tersebut setelah anggota oposisi Iran yang diasingkan menentangnya. Alasannya yakni karena perjanjian itu dinilai akan mengarah pada pembebasan Assadollah Assadi.

Assadi merupakan diplomat Iran yang ditempatkan di Austria. Pada 2021, dia dinyatakan bersalah karena mendalangi rencana untuk meledakkan bom di sebuah acara yang diselenggarakan kelompok oposisi Iran di pengasingan di luar Paris, Prancis, tahun 2018.

Plot tersebut digagalkan dinas intelijen Eropa. Assadi diidentifikasi menyediakan bahan peledak untuk pembuatan bom. Dia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.

Terkait kasus spionase, pada 14 Januari lalu, Iran mengumumkan bahwa mereka telah mengeksekusi Alireza Akbari. Tokoh yang pernah menjabat wakil menteri pertahanan Iran itu dituduh menjadi agen spionase Inggris.

Kantor berita Iran, Islamic Republic News Agency (IRNA), dalam laporannya mengungkapkan, Akbari dinyatakan bersalah atas korupsi dan tindakan ekstensif terhadap keamanan internal serta eksternal Iran melalui penyerahan informasi kepada Inggris. Menurut IRNA, Akbari sempat mengajukan banding atas hukumannya, tapi ditolak.

Sementara itu, Kementerian Intelijen Iran mengungkapkan, Akbari merupakan salah satu agen terpenting MI6, dinas intelijen Inggris. Akbari disebut telah menyerahkan informasi berharga tentang Iran kepada Inggris.

BBC Persia sempat menayangkan rekaman audio yang diduga merupakan suara Akbari. Dalam rekaman tersebut, Akbari mengatakan bahwa dia terpaksa mengakui tuduhan otoritas Iran karena tak mampu menanggung siksaan yang dialaminya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement